Yang saya hormati Bapak Dubes RI
untuk Sudan dan Eritrea, DR.Sujatmiko berserta staffnya, para hadirin baik dari
pelajar, mahasiswa dan pekerja, khususnya Ketua PPMI Sudan, segenap
pengurus departemen Pendidikan PPMI Sudan, serta rekan rekan saya di
kepanitiaan dan lembaga Elnilein.
Disini saya tidak akan panjang
lebar. karena saya hanya kebagian berdiri sebagai wakil dari panitia. Ingin
menyampaikan beberapa hal yang tidak panjang, namun toh jika dianggap panjang,
maka dianggap saja sekalian penampilan dari saya.
Pertama tama saya ucapkan selamat
datang di acara kita semua, malam gebyar elnilein dan apresiasi seni dan
budaya.
Dengan tema “mewujudkan kemandirian
bangsa melalui apresiasi seni dan budaya”
Saudara saudara, setanah air.
TjiptoMangunkusuma dan Douwes Deker
mengetakan bahwa kebudayaan nasional kita tidaklah ditentukan oleh asal usul
yang menyertai kelahiran budaya tersebut, namun kebudayaan nasional
ditentukan oleh komitmen kita terhadap nasionalism. Oleh sebab itu, Budaya
sepenuhnya milik manusia. Bukan Instansi, bukan lembaga, bukan negara -hanya
mungkin yang perlu dilembagakan adalah manusia dan kepentingannya. Tentunya
itu pengertian budaya dalam arti yang sebenarnya, bukan dalam kapasitas yang
lebih dari itu –seperti legitimasi budaya dengan tujuan komersial. Maka bangsa
lah yang harus pertama tama mengecam.
Budaya lahir dari proses yang lama.
Budaya tidak dapat dibahasakan dengan satu dua kata. kalau mungkin Sutan Takdir
Alisjahbana mengatakan bahwa budaya lahir dari sebuah terma, budi dan
daya. maka saya lebih cenderung dengan pendapat Goenawan Mohamad, bahwa
pendefinisian Budaya justru membuat alasan definisi sendiri tentang
budaya itu menjadi terbatas. Karena budaya sebenarnya itu dilahirkan dari ruang
waktu dan sejarah. Jadi bukanya "saya berfikir maka saya ada", tetapi
"saya ada maka saya berfikir". Sebab terkadang budi itu datang
sendirinya :tanpa reason.
Datang dari ruang waktu dan sejarah.
Hubungan antara kebudayaan dan
kesenian itu erat sekali. kalau kita melihat berbagai literatur pembicaraan
mengenai seni dan kesenian. Mungkin akan sama dengan saya pada salah satu
kesimpulan bahwa, Seni adalah perasaan indah seseorang melalui media kata,
suara / nada, gerak maupun rupa yang mampu menarik empati bagi penikmatnya.yang
ingin saya sampaikan. dengan menjadikan seni sebagai media, ia menyampaikan
pesan yang belum sempat kita pahami dari budaya: sebagai peninggalan yang
penuh pesan luhur dan ideologis dari pendahulu kita.
Ada kata-kata Mark Twain yang terkenal,
"When we
remember we are all mad, the mysteries disappear and life stands explained."
(Tatkala kita ingat bahwa kita gila, misteri dengan sendirinya menghilang
dan kehidupan menjelaskan).
kembali menegaskan kepada kita
pentingnya penghayatan kita terhadap sesuatu -tidak terkecuali seni. karena
bahasa seni adalah penghayatan segala arah. tentunya kita tahu aturan lama
untuk menikmati sebuah karya seni adalah membuang jauh-jauh selera seni sendiri
dan mulailah menikmati. karenanya akan ruwet, rancu, meski terkadang saya
terheran heran sendiri, ketika seorang ideolog mulai berbicara tentang
kesenian. karena Seorang ideolog menilai sebuah karya seni
kurang-lebih sama dengan seorang fuquha yang menilai karya seni:
yang hendak ditemukan adalah apakah karya ini cocok dengan dalil atau
tidak, murtad atau tidak, mengandung unsur kafir atau murni beriman. Meski
selanjutnya dalam aturan berikutnya ada pakem pakem konvensional dalam kesenian
itu sendiri.
kembali ke kata kata Mark Twain.
tatkala diri kita mulai tersadarkan -yang salah satunya dengan penghayatan
kesenian, Secara berangsur manusia akan kembali menjadi manusia, yang
menyadari sepenuhnya bukan dia siapa siapa. Bahkan rela menganggap dirinya
sendiri gila -tergila gila dalam banyak hal yang bukan tujuan
diciptakannya manusia, yaitu dunia. Maka disanalah, Asraar Ilahiyah (rahasia
ketuhanan), atau God Mysteries dibuka sebagai pintu lain dari anugrah yang
diberikan allah kepada hambanya. Syahdan, kehidupan baginya akan seperti air
dengan falsafi positifnya, mengalir dengan tentramnya dari hulu ke
hilir. -dapat dipastikan dari situlah sebuah kemandirian mungkin bisa kita
mulai bangun. Individu yang bukan hanya sadar diri, namun juga berakal budi.
Para Hadirin yang saya cintai.
sebelum terakhir, saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya
acara ini -KBRI, PPMI, Pertamina dan sebagainya, terkhusus untuk Bapak
Dubes kita Sujatmiko, Pak Safri, Pak Edin, Pak Eri, Pak Priyambada, orang orang
yang senantiasa mendorong kami untuk terus berkarya. dan secara umum
kepada seluruh warga Indonesia baik yang hadir. Terimakasih atas
pastisipasinya.
saya sendiri menyadari, bahwa
disana sini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. maka saya mewakili
panitia meminta maaf atas kekurangan dan insyallah akan kami benahi.
juga jika bahasa saya kurang bisa dipahami dan kurang teratur. mungkin ada
benarnya, jika saya kurang menguasai geometri. seperti kata goenawan
Mohamad, bahwa ilmu geometri bukan
untuk menjadi insinyur, namun untuk berfikir secara logis dan teratur.
Akhir kata, saya sampaikan
terimakasih dan mohon maaf bila ada kesalahan
Joel
0 komentar:
Post a Comment