Wahai pemuda,
Perang mengkabut di langit
Mengabur gelapkan mata dan akal sehat kita
Orang – orang ke tujuan entah kemana
Berkendara dengan apa saja
Lembaga berkedok apa saja
Menjamur dari kota ke pelosok pelosok desa
Menjelontorkan program – program yang justru bikin kita kelaparan
Agama hanya ditafsir hayati oleh orang – orang miskin dan kelaparan.
Kita punya jutaan alasan untuk antipati menjalankan perintahnya
Kerna seringkali kita dicekok tafsir – tafsir yang menebar kebencian
Oo, juga media oh media
yang semakin menjadi tuhan dan peradilan
menjajah pikiran, Menggoyahkan pijakan
bikin tiap kali membacanya, aku pingin nyimeng dan mabok saja
sambil bertanya – tanya, dimana kalian berada?
Ingat kah masa, ketika kita berani berkata:
Inggris kita linggis, Amerika kita setrika, Jepang kita tendang,
Belanda kita hampir kalahkan ?
Ayo, aku bersumpah, demi diriku yang tak lebih suci dari babi
Mengajak kalian berdiri, meneriakan yang tak sekedar reformasi
Tetapi revolusi yang kita kemas sendiri, yang menjadikan kita abadi
Yang kita impor dari diktat – diktat perjalanan nasionalisme, kemanusiaan dan bisikan alam
Kita berjanji, tidak takut mati sebab kelaparan
Karena otak, pikiran, juga cara pandang kita
Sudah kita netralisir dengan angan – angan panjang masa depan
Kita perangi opini media yang menjadikan kita industry
Kita sebar pamphlet tegas, bahwa faktanya begini
Perusahaan – perusahaan asing harus kita rebut dan kelola sendiri
Kekayaan alam kita gali tanpa lupa kita lestarikan
Lalu Kita jadikan falsafah agama sebagai pijakan hukum tertinggi,
Lebih tinggi dari pencapaian dan gelar akademisi
Lebih etik dari janji politik
Lebih jantan dari jabatan dan kekuasaan
Lebih tinggi dari kepentingan pribadi
Lebih dewa dari perwira
Ayo, aku bersumpah, demi diriku yang tak lebih suci dari babi
Mari kita pelajari potensi alam kita, dan mensyukurinya sebagai anugrah
Lalu Kita kelola anugrah menjadi rahmah
Mari belajar,
Tetapi jika sudah pintar dan bergelar
Jangan Kau merasa jadi paling manusia
Lalu kau anggap sekitarmu kurang manusia
Ayo, aku bersumpah, demi diriku yang tak lebih suci dari babi
Percayalah kepada tanah dan air sendiri.
Pulanglah ke pangkuan ibu pertiwi
Ribuan hectare hutan kita masih lebat,
Tanah – tanah kita masih subur
Gunung, lautan dan batu-batu perawan
Merindui kita, menggerak kepak kan tangan
O pemuda, percayalah kita keturunan konglomerat dunia
Mari kita beli obat anti minder, obat anti rasa takut,
obat anti gelisah, obat anti ingin terus disembah
karena rumus bernasionalis kita adalah menjadikan tanah air sebagai panggilan
Nasionalis kita bukan melulu optimisme buta,
Bukan melulu rasa bangga yang kita bunga – bunga
Tetapi juga tentang keprihatinan, dan kecemasan
Semua nya itu kita sadari sebagai rasa pertanda ikut memiliki
Kita musti sadar bahwa tanah air memang bukan selintas sejarah dan sepotong geografi
aku bersumpah, demi diriku yang tak lebih suci dari babi
Aku tulis sajak ini dengan latah,
Sebab melulu tiap hari kita dijajah
Khartoum, 8 November 13
0 komentar:
Post a Comment