CREPUSCOLO
: Muhammad Tajul Mafachir
Di balik cahya bohlam ini
Pancaran sinar kuningnya berubah merah
Merekah, seperti lepuh timah
Terpukau panas api
Menyala mataku disebagian wajah
Tawajjuhmu disebilah dada
Menjadi mashdar tafakkurku
“crepuscolo”
TibaTiba Luigi Vietti berbisik
Menghadang ketinggian
Sebahu menempel dada
Tepat mengenai telinga
Di sebuah pastoran Tua
“crepuscolo”
Dia Menghilang seperti ditelan Usia,
Katanya. Itu urusan Dunia
Namun saku baju dan celananya tak
Kunjung juga penuh dan runtuh
“crepuscolo”
Katanya sambil meraba hari,
Menanyaiku mengenai apa warnanya sore ini.
Sambil menanyaiku pertanyaan mengenai dan tentang kerinduannya padaku
Sambil terus melambaikan tangan menjauhiku
Ah, “crepuscolo”
Terkadang aku benar Benar ingin membunuhmu
Di valentine februari nanti.
Menikam hatimu dari jauh
Memotong anggota tubuhmu
Menjadi 4 bagian
Pas, 2 saku celana kanan dan kiri
Pas, 2 saku baju kanan dan kiri
Upz,
“crepuscolo”
Mari menepi,
Kutunjukan peti mati
“quando hai seguito, Lin?”
Khartoum, 29 Oktober 2012
Label:
Seperti Puisi,
Seperti Sajak
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 komentar:
sekedar mampir sob, sambil meninggalkan jejak... ^_^
siap... silahkan
Post a Comment