SELAMAT DATANG

Perjalanan "Nota Kerinduan"

Posted on
  • Dec 3, 2012
  • by
  • Muhamad Tajul Mafachir
  • in
  • Label:

  • Sekitar dua bulan yang lalu. Saya beserta dua sahabat saya; Lilik Soedirman dan Imam Syaukani Ahmad. Berhasil membukukan karya kami yang berupa puisi dalam Antologi Puisi “Nota Kerinduan”. Awalnya adalah pertemuan saya dengan Lilik Soedirman, melalui jejaring sosial. Facebook. Dan untuk pertama kalinya, media maya seperti facebook harus saya andalkan dan percaya penuh sebagai media komunikasi. Ini merupakan pilihan terbaik diantara yang terburuk untuk memilih media jejaring sosial sebagai sarana komunikasi. Mengingat posisi saya yang kebetulan tidak berada di Indonesia. Meski kengerian Kengerian terkadang muncul, karena mitra kepercayaan saya harus di jual murah oleh jejaring sosial. Dengan harus menaruh kepercayaan penuh kepadanya.

    Beberapa masa kemudian, aku yang sudah lebih dulu mengenal Imam Syaukani Ahmad. Kita pernah satu gubuk, bertemu di tempat kursus bahasa asing di Pare, Kediri. Kemudian, kita; aku dan Imam. Bertemu kembali di Jejaring sosial lagi. Untuk kemudian, kami saling bertukar pikiran dan ide. Dan sepakatlah antara saya dan Imam syaukani, yang kebetulan juga hobby menulis puisi. Untuk membukukan puisi puisi kita. Melihat semangat nya, saya bergidik untuk ikutan terbawa semangatnya. Maka, saya pun memberikan saran lagi untuk mengajak teman saya;Lilik Soedirman, untuk juga andil dalam perampunganya. Karena saya pun tahu, diantara catatan kami bertiga di jejaring sosial, lilik Soedirman lah yang paling aktif berkicau, baik di facebook, twitter, maupun Blogger.

    Kerja pun dimulai. Saya menampung setiap naskah mereka, yang mereka kirimkan melalui alamat email saya maupun Inbox. Terkadang saya menjadi editor kecil kecilan, kemudian menyusunnya agar lebih elok. Tidak jarang pula, kami bertiga bertemu dalam satu ruang chatting, ntah secara kebetulan atau memang kita sudah rencanakan. Kemudian, kami buat semacam obrolan santai. Yang ujung ujungnya pasti adalah, prosesi saling tunjuk pilih salah satu diantara kita untuk membuat kata atau bait pertama sebuah puisi. yang kemudian disusul dengan yang lainnya, kemudian diselingi dengan yang lainnya. Hingga kami merasa seakan akan itu merupakan sebuah hal yang asik. bagaimana tidak, kami diharuskan memahami emosi satu sama lain. Bahkan tidak jarang pula, saya sendiri mengakui bahwa ketika saya kehabisan kata, atau kurang memahami apa yang salah satu teman saya tuliskan melalui inboxnya. Saya tidak perlu khawatir karena, besar kemungkinan akan disaut oleh teman satuku lagi. Asik , bukan?

    Akhirnya terkumpul juga puisi puisi kami, dalam satu file. Yang saya susun dengan Mc Word. dan saya langsung berteriak “Wow”. Kerna saya sendiri tidak menyadari bahwa, sekian banyak yang kami kumpulkan. Ternyata sudah melebihi batas hingga 205 halaman. “wow” sekali, bagi saya saat itu.

    Tanpa ba bi bu, saya bergegas mencari penerbit yang kira kira bersedia menerbitkan karya kami. ya, perlu saya ingatkan pada diri saya sendiri saat itu bahwa, menerbitkan kumpulan puisi bagi penerbit yang bersedia adalah bukanlah hal yang mudah. Saya pun berulang kali, melakukan lobby, offer, kirim naskah. Dan NIHIL.

    Keseluruhan penerbit buku, pada umumnya menolak naskah kami untuk diterbitkan dengan alasan pasar. oke sih, wise juga saya pikir, jika uji kelayakannya dilakukan oleh penerbit itu sendiri. Di kemudian hari, saya dipertemukan oleh facebook juga, dengan kang Putu (Gunawan Budi Susanto) yang kemudian kami berkenalan, melakukan obrolan ringan. Sepanjang pertemanan yang kami jalin, kang Putu bagi saya adalah sosok yang santun, rendah hati, akrab sekali dan bersabar. -dibalik kebesaran beliau sebagai senior journalist, juga cerpenis dan narator. Pada akhirnya sayapun memberanikan diri untuk meminta solusi mengenai nasib naskah saya ini, dan “waw” lagi. Kang putu memberikan saran kepada saya untuk lari ke “gigih pustaka mandiri”, penerbit buku asuhan Mas Budi Maryono dengan akhirnya saya buat keputusan untuk self publishing saja. Sebagai upaya gerak cepat, karena besar pesimis saya waktu itu. Dan “waw” lagi, atas permintaan saya. Kang Putu pun bersedia membantu kami untuk juga sebagai Editor naskah kami.

    Hari hari berjalan apa adanya. Naskah kami sedang dalam proses, pada bulan berikutnya. Menunggu giliran. Setidaknya setelah proses penerbitan buku kumpulan puisi Kyai Budi Harjono. Penantian kami pun akhirnya terjawab setelah sekitar 3 bulan berikutnya. Dan inilah hasilnya teman teman. Kumpulan puisi saya beserta 2 sahabat saya telah lahir. Kalau ada kesempatan, jangan lupa membacanya ya.

    Pembelian bisa langsung message ke mtajulmafachir@yahoo.co.id atau kirim pesan ke saya. Oh iya, harga Rp. 35.000 (belum termasuk ongkos kirim ya).


    Sumber : 


    0 komentar:

    Post a Comment

     photo Joel2_zps6bff29b6.jpg