SELAMAT DATANG

Let, Pamplet Latah

Posted on
  • Mar 30, 2014
  • by
  • Muhamad Tajul Mafachir
  • in
  • Label:

  • Wahai pemuda,
    Perang mengkabut di langit
    Mengabur gelapkan mata dan akal sehat kita
    Orang – orang ke tujuan entah kemana
    Berkendara dengan apa saja

    Lembaga berkedok apa saja
    Menjamur dari kota ke pelosok pelosok desa
    Menjelontorkan program – program yang justru bikin kita kelaparan

    Agama hanya ditafsir hayati oleh orang – orang miskin dan kelaparan.
    Kita punya jutaan alasan untuk antipati menjalankan perintahnya
    Kerna seringkali kita dicekok tafsir – tafsir yang menebar kebencian

    Oo, juga media oh media
    yang semakin menjadi tuhan dan peradilan
    menjajah pikiran, Menggoyahkan pijakan
    bikin tiap kali membacanya, aku pingin nyimeng dan mabok saja

    sambil bertanya – tanya, dimana kalian berada?

    Ingat kah masa, ketika kita berani berkata:
    Inggris kita linggis, Amerika kita setrika, Jepang kita tendang,
    Belanda kita hampir kalahkan ?

    Ayo, aku bersumpah, demi diriku yang tak lebih suci dari babi
    Mengajak kalian berdiri, meneriakan yang tak sekedar reformasi
    Tetapi revolusi yang kita kemas sendiri, yang menjadikan kita abadi
    Yang kita impor dari diktat – diktat perjalanan nasionalisme, kemanusiaan dan bisikan alam

    Kita berjanji, tidak takut mati sebab kelaparan
    Karena otak, pikiran, juga cara pandang kita
    Sudah kita netralisir dengan angan – angan panjang masa depan

    Kita perangi opini media yang menjadikan kita industry
    Kita sebar pamphlet tegas, bahwa faktanya begini
    Perusahaan – perusahaan asing harus kita rebut dan kelola sendiri
    Kekayaan alam kita gali tanpa lupa kita lestarikan

    Lalu Kita jadikan falsafah agama sebagai pijakan hukum tertinggi,
    Lebih tinggi dari pencapaian dan gelar akademisi
    Lebih etik dari janji politik
    Lebih jantan dari jabatan dan kekuasaan
    Lebih tinggi dari kepentingan pribadi
    Lebih dewa dari perwira

    Ayo, aku bersumpah, demi diriku yang tak lebih suci dari babi
    Mari kita pelajari potensi alam kita, dan mensyukurinya sebagai anugrah
    Lalu Kita kelola anugrah menjadi rahmah


    Mari belajar,
    Tetapi jika sudah pintar dan bergelar
    Jangan Kau merasa jadi paling manusia
    Lalu kau anggap sekitarmu kurang manusia

    Ayo, aku bersumpah, demi diriku yang tak lebih suci dari babi
    Percayalah kepada tanah dan air sendiri.
    Pulanglah ke pangkuan ibu pertiwi
    Ribuan hectare hutan kita masih lebat,
    Tanah – tanah kita masih subur
    Gunung, lautan dan batu-batu perawan
    Merindui kita, menggerak kepak kan tangan

    O pemuda, percayalah kita keturunan konglomerat dunia
    Mari kita beli obat anti minder, obat anti rasa takut,
     obat anti gelisah, obat anti ingin terus disembah

    karena rumus bernasionalis kita adalah menjadikan tanah air sebagai panggilan
    Nasionalis kita bukan melulu optimisme buta,
    Bukan melulu rasa bangga yang kita bunga – bunga
    Tetapi juga tentang keprihatinan, dan kecemasan
    Semua nya itu kita sadari sebagai rasa pertanda ikut memiliki
    Kita musti sadar bahwa tanah air memang bukan selintas sejarah dan sepotong geografi

    aku bersumpah, demi diriku yang tak lebih suci dari babi
    Aku tulis sajak ini dengan latah,
    Sebab melulu tiap hari kita dijajah



    Khartoum, 8 November 13

    0 komentar:

    Post a Comment

     photo Joel2_zps6bff29b6.jpg