sumber gambar : Google.com |
“serius kamu?”, tanya saya pada Jono, sedikit heran dan mata
melotot. “bukannya mereka pacaran udah lama ya?”.
Iya, 3 minggu yang lalu mereka baru jadian.
“sumpah, ini nge..ngeeri men. Sa sa saya ndak bisa ba ba bayangin,
seorang Parman yang gantengnya paling so..so.. sohor se-erte bisa diputus sa..
sa.. sa.. sama Mandjan anak lurah desa Ma.. ma.. masuk Angin”, kata Jono
serius, antusias dan berkeringat.
Tapi menurut saya memang hidup itu ndak bisa ditebak. Kadang –
kadang kita di atas, kadang kita di bawah. Malahan, ada yang ngibaratin kalau
perjalanan kehidupan ini seperti perputaran roda. Dan kita mesti berada pada
satu keadaan yang “random”. Seperti misalnya nih, keadaan saya sekarang. Saya lanjutin
kuliah di salah satu negara di benua Afrika, dan tinggal bertiga di sebuah rumah kos kecil dengan teman – teman
saya yang “random”. Saya tidak pernah sebelumnya mengenal Parman anak juragan
karet, maupun Jono si gagap. Malahan kita tidak sengaja dipertemukan di negara
yang tidak seorang pun ada warga negara Indonesia disini, kecuali kita bertiga.
“kita hanya perlu banyak belajar Jon… kita ambil positifnya
aja kali ya…”
Ada banyak yang bisa kita lakukan dengan menunda
pacaran. Misalkan kita bisa lebih fokus dulu pada kuliah kita. Bikin bisnis
kecil – kecilan. Atau, banyaklah, segala hal positif yang bisa kita kerjakan.
Eits… misalnya nih, sebenarnya saya juga bingung sih mau nulis
apa untuk ikutan even #30DaysSaveEarth di bulan oktober ini. Pertama, kenapa
harus di bulan Oktober (?).
Padahal kalau kita lihat dari awal sampai akhir bulan
ini, ndak ada peringatan hari bumi. Kan hari bumi yang kita peringati secara
internasional tanggal 22 April. Di Oktober ini, paling ada Hari kesaktian
pancasila, Hari batik nasional, hari arsitektur dunia, hari kretek nasional,
hari TNI. Apalagi ya… oh, ini kali yang hampir mendekati; hari hak asasi binatang,
hari pangan sedunia dan hari blogger nasional. Jadi apapun alasannya, event ini
tidak cross of October line.
Kedua, jika dengan tujuan #SaveEarth kenapa harus 30 hari aja?
Apa 335 hari yang lain kita gunakan untuk merusaknya? Tapi apapun alasannya, saya sangat sangat setuju jika dengan alasan untuk “mencoba”, dengan optimis meningkatkan
kesadaran terhadap lingkungan dan menjadikan event menulis sebagai stimulant
dan perangsang kesadaran yang diharapkan mampu memberi inspirasi, inovasi dan sedikit bersifat persuasif.
Menurutku ini yang masuk akal. Jadi apapun itu, menurutku, ada event atau tidaknya. saya akan #AlwaysSaveEarth.
Menurutku ini yang masuk akal. Jadi apapun itu, menurutku, ada event atau tidaknya. saya akan #AlwaysSaveEarth.
Kembali ke masalah cerita; Parman yang Jomblo.
Orang Jomblo. Alias single, alias menunda pacaran itu adalah
pilihan hidup men. Bagiku, sebagai Parman harusnya dia harus makin banyak
bersyukur. Karena tuhan masih mengidolakannya, memberinya kesempatan untuk
belajar lagi dan back to basic. Kerna dewasa ini, banyak orang pacaran justru
bikin dia lupa identitas diri. Seperti akhir ini banyak eksploitasi alam secara
liar, tapi ujung – ujungnya rugi juga.
“makanya, jomblo itu anugrah Jon. Ibarat kata, kamu hutan yang
masih rimbun, belum ditebang. Masih alami. Udara disekitarmu masih dingin dan
segar. Alammu masih bersih tanpa polusi. Yakin deh, burung – burung indah dari
aneka jenis juga akan nyaman menghuni dan berkerumun di sekitarmu”.
Jono magut - magut,
kayak lagi mikir. Tapi aku ndak yakin.
Yang jelas, dengan Jomblo kamu udah #AlwaysSaveEarth men. Kenapa?
Pertama, kamu bisa hemat. Tidak boros. Tidak ada lagi alasan
nebeng telpon ke hape temen kamu. Malah – malah kamu bisa nabung, sedikit demi
sedikit buat modal nikah dan usaha kecil-kecilan, contohnya. Jadi kamu bisa mandiri. Tiap bulan orang tuamu ndak harus ngirimin kamu. Dan otomatis mengurangi air dengan zat garam tinggi (red, Keringat) yang jatuh ke bumi dari kening kedua orang tuamu. Kamu bahagia, orang tuamu bangga. Alangkah manisnya bumi jika tersenyum melihatmu kegigihanmu <~ Lebbay.
Kedua, jam hidup kamu lebih ideal. Karena malam ndak ada janji
mau epon-eponan sama pacar. Kamu bisa tidur dan bangun lebih awal. Esok paginya,
kamu ndak ngantuk kerna begadang. Paginya, aku yakin, kamu pasti akan Nampak lebih
fresh dari biasanya. Berangkat kuliah pagi hari, baju rapi, semngat. Dan satu
hal, ndak ada kegiatan jadi tukang ojek, nganter pacar kuliah lagi.
Satu lagi kerna kamu rajin kuliah, selain cepat kawin, kamu juga
bisa cepat lulus dengan nilai memuaskan. pergunakan ilmu mu seoptimal mungkin,
bermanfaat bagi manusia, hewan dan alam.
Ketiga, dengan kamu tidak pacaran. Berarti kamu udah banyak
#SaveEart. Dengan tidak adanya “galau” (kerna berbagai alasan pacaran) yang
kadang bikin kamu kamu keseringan mewek, berarti sudah juga membantu mengurangi
penggunaan tissue ( iya sih, kecuali untuk nge –pup dan pas nonton drama
korea).
Keempat, ini masih ada kaitanya dengan galau. Kerna menurut
saya, semenjak Parman jadian sama Mandjan, keduanya lebih sering berantem. Yang
pasti ujung – ujungnya Parman juga yang kena serangan “galau”. Memang lady’s
first dalam segala urusan, termasuk berantem. Terutama yang LDR-an kayak Parman
dan Mandjan.
Dan saat kamu jauh dari galau yang asli lama – kelamaan bisa
bikin kamu stress. Saya jamin, 99.99 persen kamu bakalan ngejauh dari yang
namanya Alcohol dan nikitin yang otomatis kamu tidak buang botol sembarangan
(pada tempatnya), muntah sembarangan (pada tempatnya), dan buang asap (red,
penyakit) sembarangan. Sehingga selain kamu jauh dari hal – hal yang merusak
diri kamu sendiri, juga jauh dari perbuatan yang merusak atau mengganggu
ketentraman orang lain sebagai penghuni bumi juga.
Kelima, dengan tidak pacaran kamu juga tidak banyak
ketergantungan pada hape. yang saat pacaran, chatingan itu jadi hal yang biasa
banget. Mulai dari bangun sampe tidur lagi, hidup orang punya pacar hampir
tidak boleh jauh dari hape. padahal, tau ndak bahaya radiasi yang dihasilkan
dari penggunaan hape yang berlebih. Menurut artikel yang saya baca, bahaya
radiasi hape paling riskan itu pada bayi dalam kandungan.
Keenam, selain pacaran itu bikin boros. Pacaran ala anak muda
jaman sekarang tuh bikin polusi. Kemana mana boncengan sama pacar pakai motor
yang asapnya sebanyak ‘alaihim. Belum lagi pas lagi jajan, belie s campur
dibungkus pake plastic, shoping juga begitu. Aduh, pokoknya. Polutif, dan ndak
simpatik lingkungan banget (biasanya).
Ketujuh, kalau kamu berani nunda pacaran sampe detik ini. Saya yakin,
kamu orang paling keren sedunia. Istilah orang, kamu originil banget. Kamu masih
natural. Hatimu belum tereksploitasi, basic. Dan yang pasti, kamu bakal banyak
nerima tawaran dari investor – investor yang kece.
“itulah Jon, kenapa harusnya Parman bersyukur karena putus
sama Mandjan”, kata saya mengakhiri cerita.
“ta..taa pi, kamu kan punya pacar dan sekarang lagi LDR-an
juga dul?”, sentak Jono.
“lho, tapi kan aku ndak segitunya parah kayak Parman. Sampe malam
– malam begadang, dibelaain bokek, pagi pagi jadi tukang ojek, sarapan indomie,
dan always autis di depan hape”, kataku membela diri. “meski aku LDR-an Jon,
saya sama do’I puya komitmen buat fokus ke hal yang lebih penting dulu; kuliah.
Kita juga jarang chatingan sampe segitunya. Bahkan 2 bulan terakhir ini ndak
saling kasih kabar”.
Selain percaya sama Mbah, kita juga saling percaya pada
komitmen dan diri kita masing – masing yang pada saatnya waktu akan menghalau
jarak, mempertemukan kita di puncak kerinduan yang selama ini kami jejaki. "Puncak
rindu yang paling dasyat itu ketika dua orang tidak saling telepon, SMS, atau
BBM. namun keduanya diam-diam saling mendoakan". Seperti rasa percaya kita
kepada alam yang ramah, harmonis dengan kehidupan dengan menghindarkan diri
dari tindakan destruktif, sehingga pada saatnya kita akan kembali pada puncak
kerinduan anak cucu kita yang diasuh dengan baik oleh alam dan mendoakan kita
diam – diam.
Joel @mafachirr
Khartoum, 22 Oct 2013
tulisan ini dalam rangka event #30DaysSaveEarth yang di selenggarakan oleh @jungjawa dan @unidzalika
2 komentar:
tajulllll,.,.,.kaya TAI lu kerennya,.,.,ganteng bgt dah!!!
makasih oppaa japaar
Post a Comment