SELAMAT DATANG

Melestarikan Jomblo Sejak Dini !!!

Posted on
  • Oct 22, 2013
  • by
  • Muhamad Tajul Mafachir
  • in
  • Label:
  • sumber gambar : Google.com
    Jadi Ceritanya saya punya teman, sebut saja namanya Parman. Udah tiga hari ini Parman saya lihat ia tampak murung, alias tidak seperti biasanya. Padahal diantara kita bertiga satu rumah kos-an, Parman lah yang paling sering rewel. Jono –temen saya, bilang kalau ini masalah asmara. Jadi ceritanya nih, Parman abis break heart –an sama Mandjan, kekasihnya. Tiga hari yang lalu.

    “serius kamu?”, tanya saya pada Jono, sedikit heran dan mata melotot. “bukannya mereka pacaran udah lama ya?”.

    Iya, 3 minggu yang lalu mereka baru jadian.

    “sumpah, ini nge..ngeeri men. Sa sa saya ndak bisa ba ba bayangin, seorang Parman yang gantengnya paling so..so.. sohor se-erte bisa diputus sa.. sa.. sa.. sama Mandjan anak lurah desa Ma.. ma.. masuk Angin”, kata Jono serius, antusias dan berkeringat.

    Tapi menurut saya memang hidup itu ndak bisa ditebak. Kadang – kadang kita di atas, kadang kita di bawah. Malahan, ada yang ngibaratin kalau perjalanan kehidupan ini seperti perputaran roda. Dan kita mesti berada pada satu keadaan yang “random”. Seperti misalnya nih, keadaan saya sekarang. Saya lanjutin kuliah di salah satu negara di benua Afrika, dan tinggal bertiga di sebuah rumah kos kecil dengan teman – teman saya yang “random”. Saya tidak pernah sebelumnya mengenal Parman anak juragan karet, maupun Jono si gagap. Malahan kita tidak sengaja dipertemukan di negara yang tidak seorang pun ada warga negara Indonesia disini, kecuali kita bertiga.

    “kita hanya perlu banyak belajar Jon… kita ambil positifnya aja kali ya…”

    Ada banyak yang bisa kita lakukan dengan menunda pacaran. Misalkan kita bisa lebih fokus dulu pada kuliah kita. Bikin bisnis kecil – kecilan. Atau, banyaklah, segala hal positif yang bisa kita kerjakan.

    Eits… misalnya nih, sebenarnya saya juga bingung sih mau nulis apa untuk ikutan even #30DaysSaveEarth di bulan oktober ini. Pertama, kenapa harus di bulan Oktober (?). 

    Padahal kalau kita lihat dari awal sampai akhir bulan ini, ndak ada peringatan hari bumi. Kan hari bumi yang kita peringati secara internasional tanggal 22 April. Di Oktober ini, paling ada Hari kesaktian pancasila, Hari batik nasional, hari arsitektur dunia, hari kretek nasional, hari TNI. Apalagi ya… oh, ini kali yang hampir mendekati; hari hak asasi binatang, hari pangan sedunia dan hari blogger nasional. Jadi apapun alasannya, event ini tidak cross of October line.

    Kedua, jika dengan tujuan #SaveEarth kenapa harus 30 hari aja? Apa 335 hari yang lain kita gunakan untuk merusaknya? Tapi apapun alasannya, saya sangat sangat setuju jika dengan alasan untuk “mencoba”, dengan optimis meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan menjadikan event menulis sebagai stimulant dan perangsang kesadaran yang diharapkan  mampu memberi inspirasi, inovasi dan sedikit bersifat persuasif. 

    Menurutku ini yang masuk akal. Jadi apapun itu, menurutku, ada event atau tidaknya. saya akan #AlwaysSaveEarth.

    Kembali ke masalah cerita; Parman yang Jomblo.

    Orang Jomblo. Alias single, alias menunda pacaran itu adalah pilihan hidup men. Bagiku, sebagai Parman harusnya dia harus makin banyak bersyukur. Karena tuhan masih mengidolakannya, memberinya kesempatan untuk belajar lagi dan back to basic. Kerna dewasa ini, banyak orang pacaran justru bikin dia lupa identitas diri. Seperti akhir ini banyak eksploitasi alam secara liar, tapi ujung – ujungnya rugi juga.

    “makanya, jomblo itu anugrah Jon. Ibarat kata, kamu hutan yang masih rimbun, belum ditebang. Masih alami. Udara disekitarmu masih dingin dan segar. Alammu masih bersih tanpa polusi. Yakin deh, burung – burung indah dari aneka jenis juga akan nyaman menghuni dan berkerumun di sekitarmu”.

    Jono magut -  magut, kayak lagi mikir. Tapi aku ndak yakin.

    Yang jelas, dengan Jomblo kamu udah #AlwaysSaveEarth men. Kenapa?
    Pertama, kamu bisa hemat. Tidak boros. Tidak ada lagi alasan nebeng telpon ke hape temen kamu. Malah – malah kamu bisa nabung, sedikit demi sedikit buat modal nikah dan usaha kecil-kecilan, contohnya. Jadi kamu bisa mandiri. Tiap bulan orang tuamu ndak harus ngirimin kamu. Dan otomatis mengurangi air dengan zat garam tinggi (red, Keringat) yang jatuh ke bumi dari kening kedua orang tuamu. Kamu bahagia, orang tuamu bangga. Alangkah manisnya bumi jika tersenyum melihatmu kegigihanmu <~ Lebbay.

    Kedua, jam hidup kamu lebih ideal. Karena malam ndak ada janji mau epon-eponan sama pacar. Kamu bisa tidur dan bangun lebih awal. Esok paginya, kamu ndak ngantuk kerna begadang. Paginya, aku yakin, kamu pasti akan Nampak lebih fresh dari biasanya. Berangkat kuliah pagi hari, baju rapi, semngat. Dan satu hal, ndak ada kegiatan jadi tukang ojek, nganter pacar kuliah lagi.

    Satu lagi kerna kamu rajin kuliah, selain cepat kawin, kamu juga bisa cepat lulus dengan nilai memuaskan. pergunakan ilmu mu seoptimal mungkin, bermanfaat bagi manusia, hewan dan alam.

    Ketiga, dengan kamu tidak pacaran. Berarti kamu udah banyak #SaveEart. Dengan tidak adanya “galau” (kerna berbagai alasan pacaran) yang kadang bikin kamu kamu keseringan mewek, berarti sudah juga membantu mengurangi penggunaan tissue ( iya sih, kecuali untuk nge –pup dan pas nonton drama korea).

    Keempat, ini masih ada kaitanya dengan galau. Kerna menurut saya, semenjak Parman jadian sama Mandjan, keduanya lebih sering berantem. Yang pasti ujung – ujungnya Parman juga yang kena serangan “galau”. Memang lady’s first dalam segala urusan, termasuk berantem. Terutama yang LDR-an kayak Parman dan Mandjan.

    Dan saat kamu jauh dari galau yang asli lama – kelamaan bisa bikin kamu stress. Saya jamin, 99.99 persen kamu bakalan ngejauh dari yang namanya Alcohol dan nikitin yang otomatis kamu tidak buang botol sembarangan (pada tempatnya), muntah sembarangan (pada tempatnya), dan buang asap (red, penyakit) sembarangan. Sehingga selain kamu jauh dari hal – hal yang merusak diri kamu sendiri, juga jauh dari perbuatan yang merusak atau mengganggu ketentraman orang lain sebagai penghuni bumi juga.

    Kelima, dengan tidak pacaran kamu juga tidak banyak ketergantungan pada hape. yang saat pacaran, chatingan itu jadi hal yang biasa banget. Mulai dari bangun sampe tidur lagi, hidup orang punya pacar hampir tidak boleh jauh dari hape. padahal, tau ndak bahaya radiasi yang dihasilkan dari penggunaan hape yang berlebih. Menurut artikel yang saya baca, bahaya radiasi hape paling riskan itu pada bayi dalam kandungan.

    Keenam, selain pacaran itu bikin boros. Pacaran ala anak muda jaman sekarang tuh bikin polusi. Kemana mana boncengan sama pacar pakai motor yang asapnya sebanyak ‘alaihim. Belum lagi pas lagi jajan, belie s campur dibungkus pake plastic, shoping juga begitu. Aduh, pokoknya. Polutif, dan ndak simpatik lingkungan banget (biasanya).

    Ketujuh, kalau kamu berani nunda pacaran sampe detik ini. Saya yakin, kamu orang paling keren sedunia. Istilah orang, kamu originil banget. Kamu masih natural. Hatimu belum tereksploitasi, basic. Dan yang pasti, kamu bakal banyak nerima tawaran dari investor – investor yang kece.

    “itulah Jon, kenapa harusnya Parman bersyukur karena putus sama Mandjan”, kata saya mengakhiri cerita.

    “ta..taa pi, kamu kan punya pacar dan sekarang lagi LDR-an juga dul?”, sentak Jono.

    “lho, tapi kan aku ndak segitunya parah kayak Parman. Sampe malam – malam begadang, dibelaain bokek, pagi pagi jadi tukang ojek, sarapan indomie, dan always autis di depan hape”, kataku membela diri. “meski aku LDR-an Jon, saya sama do’I puya komitmen buat fokus ke hal yang lebih penting dulu; kuliah. Kita juga jarang chatingan sampe segitunya. Bahkan 2 bulan terakhir ini ndak saling kasih kabar”.

    Miris


    Selain percaya sama Mbah, kita juga saling percaya pada komitmen dan diri kita masing – masing yang pada saatnya waktu akan menghalau jarak, mempertemukan kita di puncak kerinduan yang selama ini kami jejaki. "Puncak rindu yang paling dasyat itu ketika dua orang tidak saling telepon, SMS, atau BBM. namun keduanya diam-diam saling mendoakan". Seperti rasa percaya kita kepada alam yang ramah, harmonis dengan kehidupan dengan menghindarkan diri dari tindakan destruktif, sehingga pada saatnya kita akan kembali pada puncak kerinduan anak cucu kita yang diasuh dengan baik oleh alam dan mendoakan kita diam – diam.



    Joel @mafachirr

    Khartoum, 22 Oct 2013





    2 komentar:

    Netnet said...

    tajulllll,.,.,.kaya TAI lu kerennya,.,.,ganteng bgt dah!!!

    Muhamad Tajul Mafachir said...

    makasih oppaa japaar

    Post a Comment

     photo Joel2_zps6bff29b6.jpg