SELAMAT DATANG

PENSIL

Posted on
  • Sep 30, 2013
  • by
  • Muhamad Tajul Mafachir
  • in
  • Label:
  •  Sepulang kami ngobrol tentang banyak hal. Obrolan dengan sahabat saya di tempat yang sederhana itu begitu panjang. Maklum, diantara kita ada hal – hal yang (mestinya) tidak mungkin kita selesaikan dalam satu negoisasi. Bagi saya, pun mungkin bagi sahabat baik saya itu, mengobrol adalah sisi lain yang perlu dilestarikan dalam rangka agregasi antar satu sama lain sebagai dua orang yang sama – sama dalam tahap “mencari”. Di dalam percakapan yang baik; tulus dan tanpa pretense apapun, tidak ada yang perlu disesalkan. Saling berbagi apa yang selama ini yang kita tahu, yang kita pahami. Pun menularkan ide – ide baru. Sehingga, alamat kita bertemu; pada titik yang kita saling sepakati.
     
    sumber gambar : Google
    Diantara obrolan yang menarik juga menggelitik adalah tentang “pensil”. Percakapan tentang Pensil, atau dulu sering saya sebut “potlot” seolah menggiring saya untuk mengingat betapa “saya” di usia 12 tahun lalu. Bagi saya waktu itu, yang masih mengenakan seragam merah putih: Sekolah Dasar, kecintaan saya kepada potlot jauh lebih besar dibanding dengan bolpoin. Saya tidak tahu banyak hal alasan kenapa bisa demikian. Ada semacam  Feel bahwa Potlot itu apa ya, saya sukar menyebutnya. Seperti tidak terlalu kejam daripada bolpoin atau Pulpen.

    Sewaktu SD saya menganggap Bulpoin sangat kejam. Dari garis – garis tegas yang ia hasilkan. Saya tidak suka dengan itu, saya merasa bolpoin hanya milik orang dewasa; saya masih belum cukup umur, pikirku. Saya melihat orang dewasa ketika menulis sesuatu dengan bolpoin begitu tegas, begitu, seperti kemantapan ketika menuliskan sesuatu diatas kertas. Seperti ada perasaan yang mendalam bahwa, menulis dengan bolpoin harus mantep, tidak boleh salah, harus lurus, tidak boleh bengkong. Karena saya tahu, dan terbukti jika salah tulis atau kurang mantap dalam menulisnya hanya akan bertemu dengan dua pilihan: mencoret kesalahan atau menghapusnya dengan TipX yang kerap kali malah bikin tulisan tidak elok, tidak selaras dan menawan seperti sebelum di-TipX.

    Tentu, menurut saya saat itu berbeda sekali dengan jika kita menulis menggunakan pensil. Jika ada kesalahan atau keraguan yang perlu kita benahi, kita cukup untuk mengahapusnya dengan Penghapus atau Karet yang sering sayabundelkan di kepala pensilku. Kalau toh pun, kebiasaan saya di sekolah selalu mengantongi pensil di kantong baju seragam dan biasanya menimbulkan bercak goresan – goresan, karena mungkin tergores oleh pucuk pensil yang kemana – mana ketika saya berlari. Maka ibu saya pun tidak terlalu repot untuk menghilangkan bekasnya. Ini berbeda dengan jika kita lupa menutup bolpoin yang kita sakukan ke dalam kantong seragam itu, selain bercak tintanya jika melober yang menyeramkan. Saya juga tidak membayangkan betapa sukarnya ibu saya membersihkan seragam anak kesayangannya.

    Ada lagi, dulu sewaktu masih duduk di bangku SD. Mencintai Pencil adalah mencintainya seutuhnya. Saya merawat pensil – pensil saya dengan baik, saat hendak pulang ke rumah saya rajin menyimpan pensil – pensil saya –yang lumayan banyak jenis itu, di lepak. Ya, semacam kotak kecil untuk menyimpan alat – alat menulis kita; pensil, penghapus, dan penggaris. Saya tidak menyimpan bolpoin di dalamnya, jujur.

    Kemampuan untuk mengupas pensil dengan sisi –sisi kayu yang melingkari inti pensil jadi halus adalah juara, semakin halus mengupasnya semakin bangga. Apalagi untuk menjadikan ujungnya yang rungcing, itu saya anggap sebagai kemampuan yang “wah”. Diantara pensil- pensil koleksi saya saat itu, memang saya bedakan. Ada ujungnya yang memang saya sengaja dibikin runcing oleh saya, ada juga yang saya sengaja  Bundel  atau sedengan. Itu saya sengaja bedakan untuk fungsi yang berbeda. Misalkan, yang ujungnya runcing untuk menandai pada bagian – bagian mana dari buku paket pelajaran saya yang penting menggunakan penggaris. Kemudian yang bundel atawa yang sedang saya gunakan untuk menulis di buku latin atau buku biasa; sinar dunia saya menyebutnya. Eh buku latin? Waah.. jadi ingat kenangan yang lain.

    Ada satu pensil yang begitu istimewa bagiku dulu. Pensil 2B. Wah, pensil 2B sudah jadi pensil kebanggaan bagi setiap siswa SD yang memilikinya saat itu. Selain karena hanya 2B lah satu - satunya pensil yang lebih sering diiklankan di televisi -apalagi saat mendekati UNAS, juga bagi kami pensil 2B itu tergolong mewah karena harganya yang lebih mahal dari uang jajan kami sehari - hari. 

    Kalau untuk Penghapus, yang paling kuingat sebagai aksesoris istimewa saat itu adalah penghapus karet yang bermerk Staedtler. Selain karena mahal yang menjadikan istimewa, juga karena penghapus Staedtler itu terbuat dari karet yang kuat dan awet menurut ukuran kami yang harus merengek - rengek dulu biar dibeliin pengahapus yang hanya bermerk Staedtler, tidak yang lain: yang berwarna - warni atau yang beraroma buah - buahan. 

    Begitulah ingatan, dan kenangan saya tentang “pensil” sewaktu masa kecil saya. Saya begitu ingat kapan terakhir saya menggunakan pensil dan mulai menggunakan bolpoin. Yaitu ketika saya mulai menginjak kelas 6 Madrasah Ibtida’iyyah. (Saya sekolah di Sekolah Dasar Negeri mulai dari kelas satu sampai kelas tiga. Selebihnya saya pindah ke Madrasah Ibtida’iyah sampai lulus strata Sekolah Dasar). Sewaktu kelas 6 MI pun saya tidak sering menggunakan Bolpoin, saya masih sering menggunakan pensil untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang terdapat dalam LKS (Lembar Kerja Siswa). Satu hal lagi, ntah kenapa saya merasa bahwa mengisi jawaban LKS dengan bolpoin itu hanya bisa dilakukan oleh anak – anak pandai, sedangkan saya tidak. saya lebih senang, kalau saya bisa membenahi apa kesalahan dari jawaban yang saya coba mengisinya. Itu kenangan saya tentang pensil atawa potlot, apa kenanganmu?



    Khartoum, 27 Sept 2013


    2 komentar:

    -ia- said...

    Trivia:
    potlot = bahasa Belanda-nya pensil :D

    Unknown said...

    wooh yakin? saya baru tahu tante.
    mana yang lebih tua: penemuan pensil dengan sebutan "potlot" oleh orang belanda atau jawa?

    Post a Comment

     photo Joel2_zps6bff29b6.jpg