SELAMAT DATANG

DOA

Posted on
  • Mar 27, 2013
  • by
  • Muhamad Tajul Mafachir
  • in
  • Label: ,


  • Hari ini Soeparman bangun pagi pagi sekali. Tidak seperti biasanya, ia bahkan membuat dunia bergetar dengan bangun sebelum beberapa menit adzan subuh. Sebuah kemustahilan, dan tidak pernah, mungkin, ada dalamamazing draft milik Tessa dalam Now is good yach.

    Sebelum muadzin mengumandangkan suara adzanya, Soeparman lebih terdahulu sudah mecongol  di shaf paling depan, sambil geleng geleng. Ntah apa yang ia baca. 


    "ini ada yang tidak beres", kata Parto, yang baru datang, mengajak ngobrol saudaranya Partolo sebelum memasuki pintu Langgar.
    "sssstt.... ah, panjenengan ini lho, jangan begitu... ini namanya kemajuan, selama ini kan kang Soe jarang sekali ikut yang beginian, jama'ah sholat subuh bareng". Jawab Partolo.
    "iya, tapi ini kan aneh... saya takut, sebentar lagi hujan. haha.... "

    Soeparman, adalah jenis manusia yang tidak banyak bergaul bersama manusia. Ia banyak menghabiskan waktunya dengan melakukan program lelana, Travelling, atau mungkin itu yang kebanyakan orang disebut 'Uzlah. Bagi Seorang pencari ilmu, 'uzlah adalah sebuah keniscayaan. Karenanya, banyak literatur yang mengajarkan aksen, kaidah atau tata cara mencari ilmu, seperti kitab-kitab adabnya imam Ghazali, atau Syekh Zarnuji. Salah satu diantaranya, disana disebut adalah bahwa Ilmu itu membutuhkan 'Uzlah. Namun itu, sepertinya bukan alasan pokok bagi Soe untuk tidak kemudian berkecimpung di perserikatan manusia manusia. Dia tetap menjalankan rutinitasnya sebagai manusia sosial kok. Buktinya, dia anggota salah satu Organisasi, dia juga memegang paguyuban yang beranggotakan manusia.

    Namun yang paling ia herankan, bagi Soeparman adalah di setiap perkumpulan, jama'ah selalu tidak tertinggal untuk menunjuk salah satu orang untuk memimpin doa bersama. yang membuat panik Soeparman, bahwa doa doa yang baik adalah yang dikemas dengan bahasa arab, yang panjang, dan yang di puitis puitiskan. Sehingga, bahkan tanpa sadar, bagi jama'ah, bukan menghayati isi daripada doa yang dibacakan oleh seseorang Imam atau yang ditunjuk untuk memimpin doa itu, namun lebih berharap untuk segera mengakhiri doanya. Apa ukuran doa itu hanya menggunakan kata kata? atau bagaimana? atau jika ketika harus berkata kata, memimpin doa harus panjang dan dipuitis puitiskan? atau malahan, dengan isak tangisan, ia mengantongi nilai tambahan? atau bagaimana?

    "kalau menurut saya Soe, kita harus jeli dahulu melihat orangnya", tiba tiba Parto menyeloroh ke Parman. 
    "paham, kalau chasingnya ulama', kita ikuti saja ya ? begitu ?", jawab Soeparman, menangkap maksud parto

    "Persis"

    "Salah...Justru sekarang penjahat saja sudah pinter ngeles. Mulutnya di poles bunga bunga, sedikit isak tangis, beres. ya kan kalau saya jadi Tuhan, saya lebih milih menuhin doanya kyai meski dengan potongan preman, daripada preman yang potongane di kyai kyaikan toh. Jal !!". Soeparman Geram. 

    Yang sebenernya ia ingin katakan Soe, adalah bahwa kenapa harus dengan kata kata? atau kekuatan doa hanya melalui kata kata? apa yakin tidak akan tersangkut, sebelum sampai ke arsy?

    "lhoh, saya yang lebih heran itu begini lho... mau komunikasi sama Tuhannya kok ya harus lewat kata kata begitu lho, apa kata kata itu bahasanya tuhan? apa tuhan tidak paham dengan bahasa yang lain? bahkan puitisasi doa itu tidak berpengaruh dan bukti diterima atau tidaknya munajat kita toh? " kata Seoparman, dalam hati.

    "Seperti bahasa kesedihan?"
    Maka tatkala Soeparman berjalan jalan di beberapa daerah di Sudan, dia serasa melihat sesuatu yang berbeda. Di pasar pasar, di tengah, dan tidak jarang dipinggir. Ia melihat beberapa orang berdiri berjejer, seperti melakukan gerakan Shalat. Yang hanya dibatasi oleh tumpukan batu bata setinggi mungkin tidak sampai 30 cm, tanpa atap. Mereka berduyun duyun bergantian, kebanyakan mereka adalah penjual penjual di pasar, pedagang atau pembeli. Ketika Soe pikir bahwa mereka membangun batas seperti musholla tanpa atap itu dengan kesengajaan, maka Soe seraya berdoa kepada tuhannya, semoga kedepan, mereka dibekali kemampuan untuk membangunnya lebih megah, seperti bangunan bangunan Mesjid, musholla di Indonesia. 

    "Nah, mungkin ini berdoa tanpa kata kata? saya berdoa tanpa puitisasi?"







    NB :
    *Uzlah adalah menjauh dari hiruk pikuk duniawai, bisa juga diartikan dengan mufaroqoh (berpisah) dengan manusia. Karena menurut imam Ghazali, Bergaul dengan manusia itu mengundang banyak penyakit (hati).
    Namun tidak sedikit yang mengartikan Uzlah dengan pengertian lain

    *Maka tak heran, jika Soe seringkali menolak untuk memimpin doa. karena memang, bagi dia berdoa secara jama'ah itu tidak otentik. Apalagi harmonis, atau efektif? Soe lebih setuju jika berdoa sendiri, dia bisa meminta kepada Tuhannya apa saja yang ia mau. Nah, kalau nanti ikut doa jama'ah, ya kalau permintaan dia sudah kesebut? kalau belum? kan dobble job, harus berdoa lagi. (haha). Beberapa hal memang terkecuali, ketika kita memang dipimpin oleh orang orang yang sudah kita pasrahkan diri kita kepada kealimannya.

    0 komentar:

    Post a Comment

     photo Joel2_zps6bff29b6.jpg