SELAMAT DATANG

KKN (KUMPUL KUMPUL NELIKUNG)

Posted on
  • Mar 13, 2012
  • by
  • Muhamad Tajul Mafachir
  • in
  • Label:
  • Betapa buruk,
    Congkak peradaban,
    Tersinyalir cemar secara memar watak mendendam
    Dalam sebuah panti prostitusi,
    Kauman itu mulai berteriak dan bernyanyi
    Nyanyian kekejian.
    Menarikan tarian sakit kejiwaan,
    Ketidakwarasan, menjadi kaprah dan kebiasaan

    Budaya adalah harkat martabat bangsa
    Budaya adalah garda depan citra
    Tanaman nilai budi yang terdayakan
    Oleh gesekan kehidupan.
    Singkat kusingkap artian;
    Budian yang terdayakan,
    Bercorak nilai kehidupan.

    Kumpul Kumpul Nelikung

    Hanya terkadang, kumpulan
    Itu, kusibak dengan terkaan mereka
    Yang mengasingkan , kemudian membuat kebiasaan
    Ketidakwarasan.
    Bermodal kata sepakat diantara kepala srigala itu,
    Menjelmakan ketidakwarasan ubah kewajaran adanya.

    Kumpul Kumpul Nelikung

    Tolong hentikan perkumpulan itu, wahai kauman.
    Tolong hentikan permainan,
    Kami menderita sebab perkumpulanmu
    Yang ampun menyapa kepentingan bersama.
    Selaksa kalian adalah titian kebajikan,
    Meleset rupa kisaran kumpulan orangOrang bajingan.


    “Kumpul Kumpul Nelikung”

    Perih,
    Terasa.
    Sakit
    Tak terhingga.

    Melihat kalian yang sekian lama hari sedang berpesta,
    Pora,
    Mengutil,
    Sembunyi,
    Dan kemudian berdamai.
    Mata darahku,
    Tumpah pada telikungan terakhirmu,
    Ibu pertiwiku, menangis perih.
    Sebab Kalian tusuk dia, tepat di jantung kirinya.
    Kinipun, ia bersimpuh meratap luka yang menderai
    Yang kau buat dengan mengada ada.
    Hilang,
    Kusut.
    Mahal tawa.

    Memang aku silau,
    Sebab aku sekian tahun kau buruhi
    Dengan gaji yang kau kebiri.

    Memang aku bodoh,
    Sebab kalian putus asupan asi ibuku
    Di usia beliaku,
    Kau tindas aku mulai aku balita.
    Atau, janganJangan. Sudah kau kebiri aku sejak dalam kandungan?
    Hingga aku terkapar oleh keadaan,
    Menamparku hingga pipi ibuku memar.
    -------------------------


    Bangsaku sudahlah tidak normal rupanya,
    Sebab itulah, mungkin negriku banjir paranormal
    Harga minyak dan sembako selalu dipermainkan kepentingan.
    AnakAnak sedang berduka, tertinggal rapuh keluarganya
    AdikAdik ku pun, menangis menatapku pilu,
    Melihatku mengadu diri demi kesekian banyak anak ibuku.

    Tumpah darah secara ruah,
    Dimana aku kembali mengedipkan mata.
    leherLeher itu, tergorok hingga bekas luka it uterus saja tetap memborok.

    Lihat !!!
    Mereka yang tertindas bringas, ambisi derap misi pembangunan.
    Mensejajarkan dan menganggap insan seperti binatang,
    Begitulah perih yang masih terasa didalam dada ku yang membara,
    Semerta ingin mencongkel kedua belah dadamu yang selalu membusung bangga,
    Saat kau dan aku bertukar sapa mata.

    Kau arahkan kemana kaki ibu pertiwiku?
    Serupa bangsa seperti apa yang sedang bertengger mau dalam otakmu?
    Kau putuskan sendiri kemauanmu, kau rusak sendiri perjanjian itu.
    Kau ajak kita berdebat, nyatanya argumenmu tidak sedang membela rakyat.

    HAM,
    Duduk pilu, disamping sekumpulan besi tua,
    Dan benalu kering berkelakar dan siap di bakar.
    Kini yang nenek moyang perjuangkan,
    Hanya tinggal piagam dan sumur kesejarahan.
    Kuraba mengapa ini terjadi, O. ternyata masih saja kau peduli sudi
    Kepada kumpulanKumpulan taruhan dan judi.

    Lihat !!!
    Lalu kalah, bukan setelahnya dengan suara serah basah
    Ia menengadah memohon ampun ke langit bongkah.
    Namun kesurupan menjadiJadi malah,
    Ia jual semua perabot rumah tangga,
    Sepedah, rumah dan tanah.
    Istri dan anak pun tergadaikan, sebab kembali kalah dan gerah.
    Kemudian kalah,
     dan mulai berfikir untuk mencari rentenir.
    Kau lihat, apa yang sedang seketika itu ia perbuat.
    Dengan hasil pinjaman uang sekotak amal itu, ia bangun lalu
    Mulai merubah rupa yang dulu memang benar benalu.
    Lihatlah……
    Dia beli jabatan itu, semudah ku beli karcis gayabaru.
    ­­­_______

    KKN berkembang pesat sampai pedesaan,
    Bahkan rumah tangga bapakBapak kami yang terbangun,
    atas suka rela serta kekeluargaan.
    Hingga kau buat akhirnya bapakBapak kandung kami,
    Bertindak bringas dan menindas seperti bapak tiri.

    Aku hilang kehormatan,
    Semenjak gila hormat.
    Saat kupandang diriku hampa, papa pegangan.
    Norma siaSia saja rupanya ada,
    Sebagai isapan jempol belaka oleh mereka dibuatnya.
    Padahal dunia hanya tahanan, bagimu yang beriman
    Dan serupa jadi surga bagi yang mengingkari

    Dasar Gosh Emunim !!!
    -------


    0 komentar:

    Post a Comment

     photo Joel2_zps6bff29b6.jpg