Aku menangis, lapuk di padang kapuk
Aku menangis, teriris luka menggerimis
Aku menangis, terkapar altar raung menggetar
Aku menangis, menunggu hujan turun hinggap
/
Ambisi bagi jadi sorot tadisi
Memperkosa dan mengambil alih
Menggoncah lopak perjudian kami
Buat kami sejenak hilang tawa,
Dalam tangisan panjang tanpa jeda.
/
Song Asong Mengasong membopong
Kabar burung menyongsong presiden sing A song
Berpesta atas dengan rasa lapar kami yang meroyong,
dasar mokong !
/
Oh, tuhan…
Bau ketek pak presidenku sangatlah anyir,
Serta terseret atau apa kepentingan kelamin tersinyalir
Kulihat semerta foto EsBeYe tersenyum, muka padam merah mengalir
Memandangku, serupaan tuan murka pada sipir.
/
Oh, Tuhan…
Terserahlah, kau bisa saja percaya padaku,
Atau kau malah menggerutu.
Terserahlah, kau bisa saja meggubrisku,
Atau malah kau malah senyum meringis
Terserahlah, Hanya kau mahanya Maha
Maha menahu dari mereka yang sok tau
Maha mengelabui, dibanding bapakBapak berkopyah hitam itu.
Terserahlah……
/
Panjenengan maha Mengetahui,
Berapa angka jumlah hektar tanah bumi rimbunmu
Yang tergunduli oleh serbuan manusia bertopeng
Angka jumlah anak tak berbapak
Angka jumlah calonCalon emak tanpa bapak
Angka jumlah wanitaWanita budak
Dan angkaAngka yang lain.
/
Hukum dan kesehatan diperjual belikan,
Yang diatas lihatlah, makin rakus saja.
“revolusi dinanti, yang datang Azhari;
Kelamin jantan”
Terserahlah... Mau kamu apa sajalah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment