Kemiskinan dan garisan takdir,
adalah serumpun baur dalam kasur
nadi kehidupan kami yang hancur.
Kemiskinan adalah kebungkaman
akibat perbudakan yang terjajakan
di masa kita menyatakan kemerdekaan.
Kemiskinan sebagai bentuk ironi harga diri
yang mati lumpuh renyuh di congkak badai
isapan jari mereka yang duduk melenggang damai.
Kemiskinan menjadi masalah besar,
ditengah bangsa yang besar
pasak daripada tiang kepala besar.
Kemiskinan adalah musuh sesama tunaTuna
papa sapa, terpinggir dijalan kehidupan bersama.
Kemiskinan adalah rohroh halus yang bergentayangan
kemudian tersangkut, di bawah tengkuk ibuku yang bungkuk.
Kemiskinan adalah raja rela
apasaja dan dimana saja ia suka mencela
terdampar mesra dipangkuan ayah yang menderita.
Kemiskinan ibarat tokoh tunggal yang berperan
di bangsa leluhurku yang babak belur
k'rna sepi pemain penghancur dan bala tempur
TokohTokohnya hancur, luntur
di terpa sogokan bungkam perlawanan.
Singkatnya, dalam pentas wayang bangsaku
perdebatan hanya terjurang suguhan dan hidangan.
Bangsaku sedang sakit jiwa tingkat dewa,
sebab kewarasan sedang mahal harga.
sebab apasaja sudah tak berkroni jua.
Kemiskinan dan bangsa
Adalah kematian dan kehidupan
yang saling berkejaran di tengah pelataran gersang
bertanah abang, kering air dan basah pedang.
Bangsa dan kemiskinan,
sebagaimana sebuah ketika burung altar
yang mati kelaparan, sebab dirinya malu mengapar.
dan,
sebagaimana aku bercerita,
aku bingung menentukan akhir kata.
Sehingga gusaran kata ini ku sisihkan,
aku masih terjibak dalam kemiskinan.
(Sederhana sajalah)
0 komentar:
Post a Comment