Sayang,
dimanakah dirimu yang dulu?
dimanakah dirimu yang dulu?
dimanakah dirimu yang dulu?
Mentari senja itu, ku sapu
dengan pandangan geliatgeliat grogotku
Berharap ada kamu
Kuharap kau datang, dengan masa lalu
Sayang,
lama sudah kau ku bayang,
hingga, pagi kemaren menjelang
Aku masih saja berbaring memikirmu di ranjang
Sayang… Sayang… Sayang…
Kenapa kau sulut keributan?
Sekarang, aku yang kau kenal
Kurus kering keronta
Memikirkanmu yang jauh disana
Kau suruh aku menjauh, dan berlari
karena cinta.
Kau suruh aku memenuhi
karena cinta.
Sebab, dimasa kita. Cinta adalah segalanya.
Karena segalanya, aku bahkan membutakan semua.
Karena aku buta, dan tak lagi memandangmu dengan prasangka
Aku tak menahu tentang cerita perselingkuhanmu
dengan teman karibku,
diranjangku.
Buibui, bak aku terkapar. Mendengar
aku tidaklah geram. Hanya saja,
kemana arah kan kuhempaskan separuh jiwa?
Jika dirimu saja, menghelak
Sejak gunung gunung ini terlihat gundul
dan menjulang.
Sesaat aku berjalan sebelum senja,
dipelataran kerumunan burungburung gagak hitam
ditengah tengah keramaian kota hitam
Separuh ingatanku mengatakan
‘Masih ada Wika di sela kantongmu’
Ku buang mawar yang kau tolak itu,
kedalam selokan sanubariku.
Ku hela selasela kantongku,
dan kutemukan obat perinduku.
Kupotong, Ku telan dan
Kutemukan banyakbanyak kamu
yang berlambai tersipu malu
kepadaku, dan akupun terseret malu.
Sebab aku bersalah telah membuangmu.
Mawarku….
Kunikmati malam ku, dengan nyanyian nyanyian kabut
saat cuaca buruk.
Bersamaan dengan datangnya hujan debu pancaroba musim
oooo….
Ruparupa saut rautmu malam ini terbayang;
Aku melupakan kisah pilu lalu itu,
biarlah dia berlalu, dipelukan temanku
asalkan, masih sudi bayangmu untuk berpeluh di hatiku.
Bisa di tengok disini kompasiana.com
Khartoum, Sudan
Februari, Tanggal Sekian dari 2012
0 komentar:
Post a Comment