Aku merindukanmu, atas nama ambisi yang menujam.
Aku merindukanmu, atas nama sarana yang ku buang.
Aku merindukanmu, atas nama kesetiaan yang kau tenggelamkan.
Aku merindukanmu, atas nama kayu, semakin melapuk.
Aku merindukanmu, bersama badai yang menderai.
Aku merindukanmu, bersama hujan – hujanan yang menganak sungai di pipi.
Bersama sebuah berai dan derai.
Aku terus merindukanmu, dalam sebutan akhir namaku.
Ada kamu.
Sedang melambai – lambai
Member isyarat, namun aku tak mengerti
Apa arti sebuah kata, jika ber ironi
Apa arti sebuah makna, tanpa arti
Jangkauan ini, hanya untuk hati
Sedangkan tubuhku masih saja bergetar, dan kedinginan
Tubuhmu kurasakan hangat dalam pelukan
Sedangkan aku tersandung pilu oleh masa laluku
Dirimu masih saja menawarkan dan mengoleskan madu di sekujur bibirku
Sedangkan pada sebuah ketika diriku menangis tanpa sebab
Kau buat lumeran ruangan , berubah jauh dari pengap
Sedangkan pada sebuah ketika kau ku tinggalkan jauh
Aku masih saja selalu merasa, ada kamu saat jatuh
Semoga
Aku dan kamu juga
Merasakan hal yang sama.
Khartoum, 16 Februari 2012
0 komentar:
Post a Comment