Kepada cinta bermuka suram,
Kutitipkan sajak, dengan goresan kusam
Kearah langit, dia menengadah
Menunggu sajak, datang menjamah
Bersama dengan masa
Dimana, lembayung dan bulan tak lagi bergeming
Terseret oleh derai badai membengkalai
K’rana entah mengapa, kultur pun ikut terbawa luntur
Oleh Guntur, kepulauan sanur
Kepada cinta bermuka suram,
Ku lukiskan sejenak, diriku yang muram
Oleh segenlintir dan onggok perbuaian
Sebab terbuai, adalah melerai
Sebab melerai, adalah menderai
Sebab menderai, adalah menjibaki
Sebab menjibaki, adalah
Semuanya basi
Kepada cinta bermuka suram
Kutitipkan rinduku, henyak oleh temaram malam
Kutitipkan, sebuah symbol tak berlabirin
Pada cinta muram berdinding
Kepada cinta bermuka suram,
Ku sebut dirimu, tak semenyeramkan
Dan sesakral yang ku kenal
Tumbuh jiwajiwa lain
Entah aku atau kamu yang salah
Jelas cerita, para tokoh enggan untuk mengalah
Sebab jiwajiwa lain itu
Telat usah tuk di babat
Tumbuh besar dan riang, dalam
Sanubari jiwa lain, menenangkan
Aku tak banyak menahu,
Tibatiba saja, setelahku terbangun
Kau tikam aku, dengan cercaan pertanyaanmu
Nota kesalahan
Kau buatbuat,
atau kau diperbuat oleh perdaya
sejak saat itulah,
jiwamu, bias dan sedikit saja tersisa
sebab kisah lama, yang tak mungkin ku melupanya
meski, jiwamu bias
dan jiwa lain, mulai kutangkap menghempas
Khartoum, 18 Februari 2012
Cinta Muka Suram
Label:
Seperti Puisi,
Seperti Sajak
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment