SELAMAT DATANG

Menggerebek Kosong Dengan Lelakon

Posted on
  • Feb 24, 2012
  • by
  • Muhamad Tajul Mafachir
  • in
  • Label:
  • Menelungkup malu. Merapat diri dengan kopi yang tersedu. Di bawah temaram lampu laptop yang sedari tadi terus menyala. Mendengarkan sayup-sayup lagu yang silih berganti, dengan berbagai genre ‘rock, RNB, Mellow, Pop’. Berjibaku dengan alam alaman yang ku buat bersama si emon, kucing yang biasa mangkir di Indonesian house ini. Tak jarang juga si emon menemani kehidupan malam, bersama kedinginan dan kelaparan.
    Malam sunyi dengan tema mixed. Aku berada didepan seholok layar yang menyala. Memang tidak ada yang janggal saat terlihat, letak kejanggalan itu ‘disini’, kataku sambil menunjuk dadaku. jika ku biarkan menerus ia tetap putih bersih tanpa coretan. Jika aku harus diam, apa yang akan ku hasilkan? Apa berfikir lebih baik daripada ber tindak? Apa iya, jika iya. Bagaimana orang mengerti tentang apa yang kau fikirkan. Jika kau hanya diam tak bergerak. Bukan seperti realita cinta yang konon, meski terdiam mulut namun hati bercakap panjang. Bergeraklah kawan!! Teringat jargon salah seorang pemuka agama, bahwa ‘kita berada pada zaman, dimana berfikir lebih baik dari sekedar bekerja’. Kita mengenal slogan umum, ‘talk less do more’. Yang berarti, sedikit bicara dan banyak bekerja, bukan?
    Apa yang beda dan membedakan antar kedua jargon di atas? Keduanya, jika kita fikirkan. Akan bertemu pada muara yang sama. ‘berfikir lebih baik daripada bekerja’. Apa kebiasaan kita sebelum bekerja adalah berfikir? Jika iya, tentunya kita termasuk golongan orang-orang yang sadar. Sadar dengan apa yang kita kerjakan. Bukan bekerja kemudian baru berfikir. Jangan samakan manusia dengan kerbau yang di cocok hidung, itu bukan kita. Nilai eksis dari sebuah pekerjaan adalah proses, bukan hasil. Dengan menghargai sebuah proses, kita akan ‘legowo’ menerima apa yang akan menjadi hasil, bukan? Buktikan!!! Saya berani bertaruh, antara perbedaan mereka yang menghargai sebuah proses dan tidak.
    Cenderung orang melihat hasil, bukan proses. Dalam proses, ada hal yang melatih kita untuk lebih waspada menerima hasil.
    ‘Kematangan sebuah proses, lebih mendekatkan hasil yang memuaskan’. 
    Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua jargon. Mungkin keduanya terkesan mendorong kita untuk apatis. Namun, jika apatis lebih baik daripada bertindak yang serba salah. Apa salahnya? Kita pada zaman, dimana kwantitas lebih ternilai daripada kwalitas.
    Coba kita cermati secara sederhana. Kita diam, kita berfikir. Memikirkan sesuatu yang akan kita kerjakan kedepan. Istilah kita, ‘merangkai konsep’. Mempertimbangkan kausa efisiensi, untung, rugi dll. Mnegobrak abrik segala kemungkinan terbaik dan terburuk. Dengan proyeksi ‘merangkai konsep’. Hasil, akan lebih sempurna setelah anda bertindak atas konsep yang anda rancang. Apakah bukan seperti itu?
    Jadi, berdiam sejenak lebih penting daripada anda terburu bertindak dan menyesal karena tidak sempat memikirkan kemungkinan terburuk. Ini hanya sebuah lelakon. Maaf, disini saya bukan penulis fiksi. Saya hanya menutup kekosongan.

    0 komentar:

    Post a Comment

     photo Joel2_zps6bff29b6.jpg