Ada yang bingung, mau kau tulisi apa halaman ini. tak ada arah sebagai tujuan. Semua aku biarkan saja mengalir, menyambut baik kegalaun dan menyalami setiap sorot mata yang bertanya 'apa maumu?'. Mau saya ber gagas, namun saya sedang krisis ideologi, saya katakan 'saya sedang krisis ideologi'. tulisan inipun, jauh dan lepas. Ada sesuatu yang bukan saya, sedang merajam otak sebelah kiriku. Berkali kali aku tanya, 'siapa kau?', dia terdiam, tak memberiku isyarat. 'apa maumu?' ku ulang pertanyaan itu ber ulang kali. Hingga aku larut dalam kebosanan, yang sebenarnya kuciptakan sendiri. Sedang memikirkan hal yang lebih penting tetap perlu menjadi otoritas.
'Otoritas saya, menjadi saya. tak ada pembahasan tentang kamu, dia dan mereka'.
Kembali menyoal 'penyakit' ke Aku an. Penyakit yang lambat laun membengkak dalam pusaran nadi, meningkat secara dramatis semenjak aku menginjak bumi hitam ini. 'Apa anda lebih menahu dengan obatnya?'. Tak ada yang berhak menahu, kecuali 'orang tua'. ya, Orang tua yang ku anggap 'tua'. tua sebagai pemberi kebijakan, tua dalam khazanah keilmuan, tua 'lelakon' nya, tua 'lelono' nya. Sebut Saja guru.
Sangat singkat kesimpulanku, untuk malam ini. 'aku rindu padamu guruku'. Aku teringat berulang kali beberapa petuah agungmu. Seberapa bebasnya aku berterbang dalam lembah khayal dan tahayyul yang kuciptakan, disaat itu selalu kutemukan jalan buntu, dan aku kembali mengingatmu. 'Kembali ke khittoh', berkali kali kudengarkan bisikan itu. Jelas, jelas sangat bisikan itu memeperdengarkan nasihatnya, atau sekedar sumbangsih opsi pelipur laraku. Bukankah, kau pernah mengenalkan slogan kepadaku 'Gapailah Madharat setinggi mungkin'.
'Orang tua', aku merindukanmu. Hanya dirimu yang mengerti bahasa dan nyanyian jiwa seorang 'anak' nya. Meski aku pun tak menahu, 'apa benar kau anggap aku anak?'.
'guru', kerinduanku padamu, hanya kerinduan palsu seakan. Kata dan rangkaiannya nampak manis di baca. Sayangnya, aku sunggu mengerti, hanya kau yang mampu membaca. 'aku menulis sesuatu yang tak seorang tahu, dan hanya dirimu yang mampu membaca dan membacakan kembali kepadaku dengan sepatah jawaban sarat makna', itu teori lama yang kupahami betul, sebelum aku meluluskan diri untuk berjauhan denganmu, 'orang tua'.
Saat ini, aku adalah aku. seperti yang kau lihat beberapa tahun lalu. Bersimpuh datang kepadamu berharap secarcik resep, menyembuhkan penyakit menua. Guru, kini tak lagi aku yang menderita penyakit menua. Banyak penyakit baru yang hanya kamu yang tahu. Dan parahnya, aku masih merasa sehat sehat saja. yang jelas Aku hanya melihat secara kasat, saat ku buka mata di pagi hari. Aku sudah tak lagi melihat cahaya sinar, yang biasa menyapaku di setiap hendusan nafas kehidupan siang hariku. 'aku buta'. Kaki ku terasa berat untuk memenuhi panggilan tuhan kita ataupun untuk kembali mengeja ajaibmu. 'aku pincang segala galanya'. Lantas bagaimana aku?
'Aku mendengar, namun aku sadar, memenuhi terasa berat'. Mungkin aku bayi berjenggot abad 21 ini. Yang sedang marak di bicarakan. duz, berkali kali aku mencaci setan yang selalu membuntutiku.Sudah berkali kali, dia ku sumpah serapahi, dengan resep yang kau ramukan pun tak manjur, hingga akhirnya aku mengaduk dan meracik resepku sendiri. 'Nihil', lagi lagi kutemukan guru.
Aku sungguh sulit menemukan siluet sosok sepertimu, 'orang tua'. sungguh, berkali kali ku katakan pada mereka. 'Hanya kau yang mampu menjawab dengan cinta. Sungguh, tak sedikit mereka yang menganggap aku gila, karena mencintaimu 'orang tua'.
Jika mungkin kita bertemu, akan ku luapkan semua derita saya. Dan kau tak perlu menjawab semua pertanyaan keluhku. Cukup mendengarkan saja, alangkah bahagianya saya. Sesedikit kau mungkin berdiam, sambil manggut manggut memahami dan menelurkan beberapa kata yang menyihir, sebuah hembusan suci nan indah yang keluar dari kedua katup bibirmu. Jika kau pernah menyebutku dengan julukan Wiro sableng, sekarang aku merindukanmu, Sinto Gendheng.
Khartoum, Malam 8 Dess 2011
yang nulis bingung, maunya nulis ; sajak kerinduan, dan karena kau wanita. ngelantur. EDAN
0 komentar:
Post a Comment