Rubaiyat Ahad
: untuk Hela Yosef yang mantap murtad di hari ahad
1/
Garis muara hati, dari sini
Tertanam bunga – bunga mesra silih berganti
Dari serbuk, dari bentala pertiwi nan kudus,
Kian subur, dari tanah meski tandus.
2/
Seumpama nafas, kita mesti berhenti.
Seumpama majas, mesti curiga pada asumsi
Luas lautan, hulu segala kisah kitab suci
Tetapi pantai, menjadi suci: kali pertama tanahnya dipijak
nabi
3/
Pohon – pohon cemara di palestina sibuk sembahyang
Sapi – sapi Pennsylvania terdiam, bertafakur di kandang
Di ranjang mimpi kita begitu panjang
Ketika datang makna pesan –perut anak istri diterjang
kelaparan
4/
O, Roh kudus yang mati terbius.
Layak kah (aku bertanya ) Pria dan waria diperah susunya ?
Dalam kuali, ntah berapa ratus Celcius
Direbus, Dikemas jadi khotbah, jadi dialog dalam kardus
5/
Dari pesan yang langit sampaikan
Mestinya kita sama sebagai makhluk
Dari produk tafsir para cendekiawan dan agamawan
Pelukan kita diharamkan, justru halal bagi kita untuk saling
mengutuk
6/
Apalah yang bisa daun titipkan sebagai pesan,
Dari ujung pagi yang
menjadikannya lembab oleh embun.
Apalah tabuhan yang bisa hamba persembahkan pada tuan
Jika tiap kali membaca ayat tuan, hatiku makin rabun
7/
Ahad melekat pada garis misteri tembok kamar mandi
Peta sunyi yang sendiri, sesekali dikecipak air najis
pencuci
Kelak puisi tidak lagi suci, dibaca justru bikin alergi:
Karena tinta dan pikiran penyairnya tercemar minyak babi
Khartoum, 2014
0 komentar:
Post a Comment