Chapter 1
dan bulan bertanya,
ketika malam sepi: tiada bintang
warna tunggal, menggenap
cerita dan rasa yang tertinggal
: disini
di hampa, dan sunyi
serta cahaya kian terang
ku mulai bernyanyi tentang sepi
"Putri... cepatlah bangun, bergegaslah. Bapakmu sudah menunggumu di depan!?!", kata ibunya dari arah lantai bawah.
"apa kau sudah persiapkan semua kebutuhanmu disana nanti? jangan ada yang tertinggal ya... ibu khawatir nak", lanjut ibunya bertanya. Putri sibuk berias, mempersiapka beberapa lengan pakaian, kaos dan celana ia rapikan.
"Sudah bu, Putri siapkan semua...", jawab putri, ketika tampak dia sudah siap untuk melaju ke tempat yang akan menjadi cerita baru baginya.
Angin berteriak ketakutan. Daun daun berjatuhan, air sudah tak lagi bersuara gemuruh aliran. Sepi memberi pelajaran dan arti keramaian. Putri dan ibunya berpisah, kucuran haru dan air mata, seperti lukisan indigo yang bercerita kesedihan.
"kamu harus kuat, bersungguh sungguhlah belajar ya Putri. Ayah dan ibumu pasti akan selalu merindukanmu. Jika ada problem, jangan lupa beri kabar ke rumah", kata ayahnya.
Lengan lengan terikat. Seperti lem terhadap kayu. Mereka mengikat jabat dengan kuat. seperti angin terhadap air laut. Yang bergemuruh menciptakan pintalan pintalan ombak mengerikan. Perpisahan tiba dan perjalanan dimulai.
seorang pelaut yang tangguh dan kuat, tidak terlahir dari ombak yang tenang
******
MAMAMIA
Burung burung bernyanyi. tetapi dengan nada sendiri. Matahari sinarnya merenap memasuki lubang dan ruang. Menyinarkan sinar dan membangunkan manusia manusia yang tertinggal dari sampannya.
Ini hari pertama kali Putri masuk kampus.
Ia berangkat dengan kedua temannya Mia dan Lara, keduanya mulai Putri kenal baik sejak mereka bertemu satu kost. Lara dan Mia lebih dulu berada di kost sejak sebelum masa orientasi Mahasiswa. Kini ia bertemu dalam satu rumah. Ketiganya tidak berasal dari daerah yang dekat.
"pokoknya kamu Put, nanti kalau jam pelajaran selesai kita ketemu di kantin ya. dan karena ini pertama kalinya kamu masuk kuliah, jadi makan siang kamu yang traktir :D !?!, kata Mia yang sedikit cerewet kalau soal makanan.
Teman serumah mengenal Mia sejak awal adalah orang yang protect terahadap makanan. Tidak semua makanan ia makan, ia harus memilih mana makanan sehat dan yang tidak. Obsesi hidupnya adalah makanan. "Orang bisa hidup dengan sehat, tanpa kendala jika didukung dengan makanan yang sehat, bukan?" tanya dia suatu hari kepada Putri. Berteman dengan Mia, sama halnya berteman dengan dokter kandungan gizi dan vitamin. Mampu mengenal makanan secara detail dengan cara mencicipinya. Untuk makanan memang dia jagonya, dia bisa mentaksir berapa jumlah vitamin, protein dan lain lain pada makanan yang dimakan orang. Lara bilang, Mia itu manusia dengan lidah ajaib.
Majalah majalah di kamarnya pun semua urusan makanan, mulai dari majalah "Ibu Muda, Bunda, Masakan Melayu, Majalah Dapur Umum dan lain lain yang biasa berisikan resep - resep bagi ibu ibu untuk memasak dengan sehat dan tips tips seputar makanan. Meskipun ia sekarang melanjutkan kuliah di jurusan Bisnis Manajemen, tidak membuat kesenangannya terhadap makanan itu hilang. Karena obsesinya makanan, maka ia terobsesi setelah lulus nanti ia akan bisnis makanan.
"Mia, apa kamu tidak takut, kebanyakan makan jadi gemuk lho...", seloroh lara yang berada di kursi belakang sambil baca baca majalah remaja.
"hari gini... masih saja takut sama makanan, kita harus pintar memilih lah. Coba buktikan, meski aku suka nyicipin makanan, tapi aku tetep langsing kok. haha... " jawab Mia dengan nada tawa.
"hah? apa? kamu langsing? .... ", jawab Putri dan Lara serentak tanda tak puas dengan jawaban Mia yang asal asalan.
"Sexy..."
To be Continue..
............................
dan begitulah cerita, mengalir
seperti air ia tergilir
"ini bukan seberapa" kata pelaut
kita baru sampai di sampan.
belum mengenal angin dan laut
Catatan Harian Putri
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment