SELAMAT DATANG

Absurd

Posted on
  • Apr 2, 2012
  • by
  • Muhamad Tajul Mafachir
  • in
  • Label: ,

  • Lama kian sudah aku menggulung sajakku
    terhitung sejak aku berjejak sajak silam helak
    mencibirkan rayuan dalam maduan yang biasa merayuku
    hingga sesaat kudapati diriku berlumur malu,
    untukku kembali menulis sajakku.

    Terang,
    Gelap,
    pengap kemudian sembab
    Mengalir anak, airmata di persimpangan pipi
    membasahi aku yang sedari tadi melingkar kalungkan nasib ibu pertiwi
    tersua aku, menuju risau sauku, 
    yang kemudian terseret dalam hatiku, gambar sosok sepertimu,
    sayangku.

    Seret menyeret, pentas senimanSeniman kabaret
    yang sedari tadi, sibuk memasang mak up dan hidung karet
    Ibu kota ibu panas diderau risau,
    hilir mudik muda mudi diterjang galau.
    Membuat hukum hardik bagi kawanan terdidik
    untuk turun kejalanan menuntut kedewasaan
    bangsa yang terseok hutang memborok.

    IBU,
    aku padamu.
    sebab alasan itu, ku korbankan aku demi kecintaanku padamu
    mengikat erat lingkar kepalaku, dengan kain tertulis akhir tanda seru
    "Dasar Kerbau !"
    :D
    kawan, kebebasan absurd yang kalian inginkan hanya abstraksi perhelakan.
    jangan pernah, dan terus melawan.

    ...........
    .................

    .........................

    Tuhan, jiwaku bagaikan malam tanpa bintang
    Bak irama tanpa noktah yang membayang menambah indah
    Sedari lama aku dan terus ku menanti apa itu sajak
    Yang mengajak aku menjibak jejak keringat di tepian ketiak
    Yang saat kujilat, tersedot aku baumu yang hilir mudik menyedak,
    Sebab aku merindukanmu.
    ……………….
    Sejak,
    Jejak,
    Lapak memalak
    Membusung luka kedalam lusuh ragam macam pikiran
    Yang tadi petang kau utarakan.
    Mengenai rasa atau rasa iba kau sanjungkan
    Sayang, mesra untukku madu senjakan.

    Sayang,
    Perhelakan pemikiran sedang tak seakrab kita dulu,
    Teringatingat pertikaian dan perdebatan kusir yang sering kita samasama jajakan
    Mencongkak samasama enggan mengalah
    Memberikan satuan artian ambigu
    Kemudian kau lelah dan mulai merayuku dengan senyum manismu
    Merayuku dengan rayuan kekanakKanakan yang mendidikku
    ……………….
    Salah,
    Aku,
    Kalah
    Dalam putaran kedua permainan grayangGrayangan itu
    Menyadarkanku untuk kembali terbangun dan menyentuhmu
    Rasanya lidahku masih saja belum mau pensiun denganmu
    Melumatmu.
    Hingga rasa anyir silir getir ganti berkolaborasi
    Memaksa aku muntah di selaSela perjalanan kita saling menggerayang.
    Dan setidaknya setelah itu
    Aku tahu, bahwa perhelakan pikiranku sedang abnormal dibuatmu.

    ............
     Menghempas hela kutangkap, ingin ada rasa yang terungkap
    Ingin mencintaimu sangat;
    Tetapi bukan dengan apa yang selalu kau anggap;
    membuatku dan kamu mati di persimpangan jalan

    0 komentar:

    Post a Comment

     photo Joel2_zps6bff29b6.jpg