![]() |
Iwan fals 'Alaihi salam. dewa musik dari leuwinanggung |
Kalu cinta sudah dibuang……….
Jangan harap keadilan akan datang…….
Kesedihan hanya tontonan…….
Bagi mereka yang diperkuda jabatan………
o…….o…….ya…….o….ya…..o……ya bongkar 2X
sabar, sabar, sabar dan tunggu ……
itu jawaban yang kami terima…….
Ternyata kita harus ke jalan…….
Robohkan setan yang berdiri mengakang……
o…….o…….ya…….o….ya…..o……ya bongkar 2X
Penindasan serta kesewenang-wenangan
Banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan
Hoi..hentikan hentikan jangan diteruskan
Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan
Di jalanan kami sandarkan cita-cita
Sebab di rumah tak adalagi yang bisa dipercaya
Orang tua pandanglah kami sebagai manusia
Kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta
o….o….o….o 4X
(kalu cinta sudah dibuang). Maka yang ada hanya kebencian dan ketidak harmonisan, orang tua tidak lagi menyayangi anaknya, guru tak lagi perhatikan anak didiknya, teman tidak lagi punya rasa saling percaya. (jangan harap keadilan akan datang). Karena yang ada hanya permusuhan, pertikaian dan penganiayaan.
(kesedihan hanyalah tontonan). Kami tidak dapat lagi merasakan nikmatnya kebersamaan, yang ada diantara kami hanyalah rasa egois dan mementingkan perut sendiri. “persetan orang susah karena aku, yang penting aku senang”.
(o…o…ya..o…ya..o…ya bongkar). Huruf “O” menunjukkan lingkaran yang artinya tragedy di atas sampai kapanpun tak akan dapat diselesaikan. “O” adalah, boleh saya (pen) bilang merupakan symbol kausalitas tanpa akhir. Siapa yang bisa menjawab dimana awal dan akhir dari sebuah lingkaran? Negara dan segala paradigmanya merupakan sebuah perputaran awalan dan akhhiran yang sulit teridentifikasi.
“Ya”, masuk kedalam kategori huruf Nida’ (arab), dalam gramatika bahasa arab. Yakni, mengenal istilah “ya” dalam rangkaian makna Istighotsah, sebagai sebuah upaya seorang hamba yang sungguuh sungguh meminta keadilan kepada tuan-nya. Hemat kata, kata-kata “Ya” menunjukkan pengharapan dan permohonan pada sang raja manusia, karena hanya dialah yang berhak untuk mengubah segalatragedi di tanah air kita. “Bongkar” berarti bahagialah bagi orang yang sabar dan sadar. Rupanya bang kris memahami betul cara merayu tuhan-nya.
(sabar, sabar, sabar dan tunggu itu jawaban yang kami terima).Bongkar ‘bahagialah bagi orang yang sabar dan sadar’ yang beliau ciptakan. Bagi mereka ‘yang tertindas dan terabaikan keadilan’, yang hanya bisa bersabar dan menunggu. Sabar, sebagai solusi terakhir yang beliau tawarkan. Rupanya bang iwan menghargai penuh teori dan gagasan agama, kembali menela’ah beberapa ayat tuhan.
“Dan bersabarlah engkau bersama orang-orang yang menyeru Rabb mereka di waktu pagi dan senja dengan mengharap Wajah-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia.” (Al Kahfi: 28)
dalam ayat lainnya (artinya):
“Dan bersabarlah engkau dan tidaklah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah bersedih terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah merasa sempit terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” (An Nahl: 127)
Kesabaran, sebagai jalan terakhir bagi ‘mereka’ yang benar banar sadar. Pemilihan kata ‘tunggu’, implikasi secara umum dari sebuah kesabaran adalah penantian. Kembali bang Iwan mengingatkan kita kepada consensus para ahli shuffa’, sebagai sebuah interpretasi seorang salik; seorang yang berjalan menuju hakikat; sesampainya ia pada ‘mutiara’ yang ia maksudkan, setelah menyelam kedasar laut dan tampak olehnya cahaya ‘tajally’. Kiranya seperti itu komentar syaikh Abu Bakar mengenai hakikat dalam prosa roman-nya.
Sederet tuntunan serarah dengannya, seperti tawakkal, ikhlas, zuhud, qana’ah, menjaga ke sunnah-an, memperlajari ilmu syar’ie dll. Tersusun rapi, sebagai terobosan bang Iwan mengajak para penyimak untuk turun ke Thariqah. Mungkin ini ajakan implicit beliau pada bait selanjutnya. Tentang ‘jalan’
(ternyata kita harus ke jalan). Jalan dalam bahasa arab adalah thoriq, berarti di sini Bang Iwan mengajak supaya kami menyelami dunia toriqoh.
(robohkan setan yang berdiri mengakang). Hanya dengan masuk dunia toriqohlah kami dapat membinasakan sifat-sifat setan yang sudah mendarah daging di dalam jiwa kami. (o…o…ya..o…ya..o…ya bongkar). Bahagialah bagi yang sadar.
(penindasan serta kesewenang-wenangan). Penindasan, penulis mengambil kesimpulan arti luas, dengan segala tindakan dalam rangkaian dan pertalian makna “tindas”. Menengok, praktik politik Indonesia, “mereka” berkoar dengan dalih dan jargon supremasi hukum. Yang apresiasi piciknya adalah, penempatan praktik intimidasi sebagai opsi kedua setelah kegagalan diplomasi. Boleh anda simak, bagaimana tragedy semanggi dan trisakti terjadi. Tersusun rapi dalam sebuah prolog ‘Bunga Serampai’. Mungkin ini pesan bang Iwan yang di tangkap penulis. Kalau toh pun menyebutkan satu persatu, akan semakin menambah draft hitam para ajing si tuan polan. Haha..tak terkecuali didalamnya, adalah tindakan sparatis seorang atasan (presiden-mentri nya, perwira tinggi-perwira tengah- perwira pertama, bintara tinggi-bintara-tamtama, letnan jendral-jendral-jendral mayor-brigadir jendral, laksamana besar-laksamana laut-laksamana madya-laksamana pertama, Marsekal besar-Marsekal-Marsekal madya-Marsekal muda-Marsekal pertama ; saran saya, masukan saja kedalamnya para preman berjubah yang dengan lagak dan anggapan besarnya bebas menyerimpung kebebasan berfikir pendengarnya;santri).
Para preman berjubah dengan hobi merampok dan memperburuk citra dan masa depan agamanya. Sedikit mengintip trawangan Gus Dur bahwa, setiap bangsa, lembaga dan tak terkecuali agama hancur, karena di rampok dan boikot oleh pemeluknya; bukan berarti secara apriori, kesalahan semerta tertodong pada preman berjubah.
Orang tua rela menganiaya anaknya, seorang anak rela menganiaya orang tuanya, diantara teman saling tikam menikam, penindasan merajalela yang kaya makin rakus saja, mereka saling tuntut menuntut hak, akan tetapi tidak pernah berfikir untuk memenuhi hak orang lain.
(banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan). Disertai atau tidak disertai, kronologi di atas sekan-akan sudah merata di setiap sudut masyarakat bahkan orang yang menjadi figur masyarakat rela semprot kiri semprot kanan, fitnah kiri fitnah kanan hanya karena takut repotasinya turun.(hoi hentikan…hentikan jangan diteruskan). Kami menjerit, kami memohon hentikanlah. (kami muak dengan ketidak pastian dan keserakahan). Sudah terlalu banyak kalian menindas kami, kami sudah bosan, kami sudah jenuh karena nasib kami terombang-ambing tanpa kepastian.
(di jalanan kami sandarkan cita-cita). Di jalanan tak akan pernah lepas dari suka dan duka, tak akan lepas dari rintihan pengemis dan pujian pengamen dalam melantunkan irama cinta. Di jalanan ‘thariqah’ kami melihat seorang hamba yang mengemis pada Tuhannya, kami melihat seorang hamba yang memuji Tuhannya dengan tujuan memenuhi kewajiban sebagai hamba.
(sebab di rumah tak ada lagi yang dapat dipercaya). Kami masuk ke jalan dan kami keluar dari komunitas kalian karena kami sudah bosan hidup dipenuhi dengan kemunafikan. Disinilah sebab kenapa keluar dari komunitas lebih baik, mungkin ini apa yang orang sufi istilahkan dengan 'uzlah.
(orang tua pandanglah kami sebagai manusia) sebuah jeritan ‘mereka’ dengan mulut terbungkam. Tertindas jargon dan iklan politik. Sebagai penyakit lama, menyoal ke aku-an, salam black draft kita mengenal Paparazi, Nazi, Yakuza, Sichibukai, ataupun permaianan spekulasi sejarah kita oleh ‘Suharti’. Tergabung dalam pengabaian humanism. Implikasi darinya, lihat! Berapa ribu wanita bunting berjejer dan mengandung anak tanpa ayah. Ratusan juta anak ‘gali gongli’ tercecer seperti amoeba. Praktik ‘bengkel’ otak-atik kwitansi anggaran, intrik, ngutil dan main mata ‘kaum’ bersafari. Lihat! Penegak hokum yang jalan nya miring, sekali untung dua-tiga pulau terbeli. Hujan emas di negeri orang, hujan batu dan hujat di negeri sendiri, menyoal ‘otoritas’ (meliriklah nasib Freeport).
Daripada anda pening memikirkan masa depan bangsa. Daripada anda terlarut dalam konspirasi yang tak kunjung usai, bang Iwan memberikan cara bahagia bagi mereka yang sadar dan sabar untuk mencari seseorang yang menghargai manusia. Pesan singkatnya, Guru;Mursyid adalah satu-satunya orang yang bisa membimbing kami untuk menuju pada hakikat manusia.
(kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta). Selama kami hidup pasti tak akan lepas dari masalah, hanya kepada-Mulah kami bertanya dan meminta solusi, tolonglah Kau jawab denga kasih sayang-Mu.
Ku persembahkan, special buat para OI Mania. Jangan pernah terkalahkan oleh sejarah kawan. Salam damai!
Khartoum, 2 Des 2011
0 komentar:
Post a Comment