Eksekusi

sangkarku,
lihat lah ...
bagaimana keindahanya,
berdiri diatas batu cadas nan tangguh,
terelokkan keindahan
dan termegahkan, dengan tiang tiang penyangga...

aneh,
lihat siapa yang tertangkar,
sebut saja....
jangan takut...



ada singa yang sedang kehilangan taring,
mencari empedu nya, yang sedang hilang.
entah kemana...
tapi aku tahu jawabnya, tunggu saja...
udahlah, aku enggan berkata,
akupun juga penghuni rimba,
sedang ia selalu ku anggap rajanya, tak yang lain.

ada puluhan babi yang berkomando 4 ekor anjing,
menerkam tanpa arah, dan
gemar meminjam taring singa, bahkan mencurinya...
menu spesial: dosa domba dan empedu singa...
ah, anjing...
biasa saja, masih tetap anjing,
suka menjilat, kesuakaan lahir memang.
menggertak beramai ramai,
dan diam saat tak ramai.

ah, babi eh babi...
kotor, diam memang...
tapi siapa sangka dia najis, meski
orang bilang, empuk dan manis dagingnya,
biasalah, dia kan suplemen anjing gila ataupun srigala pengacara
yang pingin anarkis.

domba, mungkin sapaan kami,
bagi mereka,
atau kelinci mainan, uji coba...
terserahlah apa terkaan mereka,
kesakitan, terenggos enggos...
tak kenal lelah, di peras dan di babat bulu indah kami,
sesekali, sebagian dari kami ikhlaskan darah,
demi memuaskan hasrat anjing anjing, srigala srigala....


kami hanya tak inginkan, kalian anggap kami domba,
yang kau lakukan sesuka nafsumu terhadap kami,
katakan saja, sudahlah...
tak ada domba diantara kami,
semua togor tigor yang siap berperang,
menggantikan singa tua singa tua, kelak...
katakan saja, atas kesalahan kalian,
bahwa kami,
tigor berbulu domba, yang sedang berproses,
cukup,
kan ku maafkan semua kebusukanmu padaku, juga kami.

atau kau ingin perangi kami?
mudah saja menghantammu,
dasar anak penjudi,
dasar anak penjahat,
dasar anak pemabuk,
dasar anak penikmat wanita murahan,
brengsek...
kalian kira kami tak tahu,
jika kalian benar benar anjing dan babi?

Ibbien, 2009