SELAMAT DATANG

Perasingan Wanita Wanita Turki

Posted on
  • Oct 11, 2011
  • by
  • Muhamad Tajul Mafachir
  • in
  • Label:

  •  Berjejer serta tertata bangunan-bangunan besar bercorak dan bergaya  identitas penghuninya, ku arahkan pandangan secara keseluruhan, saat aku berdiri tepat diatas loteng homestay ku saat sore  menjelang petang tiba, selalu kumanjakan mataku dengan pemandangan keunikan dan keindahan lalu lantang dan beberapa kegiatan kecil keluarga keluarga yang tampak bahagia, lalu lantang mobil yang jarang kudapatkan, sebagai bahan pemandangan baruku kali ini. Kurang puas dengan pemandangan terbatas, ku ambil teropong kesayanganku sebagai hadiah ulang tahunku tahun lalu, Ku arahkan pandangan tanpa filter, menikmati berbagai keindahan dan keuinikan yang selalu menuntutku untuk terus bertanya dan terpana lebih. Hingga diriku tererembab dalam ketidaksadaran bahwa hal ini kujadikan kebiasaan sehari hariku disini, melupakan sejenak status pengangguran yang kusandang dan meninggal jauhkan kejenuhan yang sedang melandakku saat ini, di negeri orang yang serba asing bagiku.

    Tampak kokoh sebuah bangunan, bertekstur timur, gaya bangunan tua semi modern, dengan batu bata yang masih tampak, berlamur cat warna abu abu, berdiri tinggi dengan taman yang rindang, sedikit ku intip kedalam, kullihat luasnya halaman yang penuh dengan bunga bunga kamboja dan pepohonan tinggi yang membuat aku yakin akan memeberi kenyamanan siapa saja yang bertandang didalamnya. Tampak disana, kulihat dua pohon kurma yang menjulang tinggi mengawal  tingginya gerbang pagar rumah mewah itu, seakan menyambut hangat setiap tamu yang datang dengan kerindangan di tengah teriknya negeri hitam, yang orang bilang dengan negeri dua musim, panas dan panas banget.
    Bangunan itu akan semakin indah ku pandang, untuk waktu pagi dan sore menjelang petangku. Menikmati segelas syay (tea= arab), sembari menghisab beberapa gelintir rokok khas tanah hitam , lumayan melepas kerinduan akan aroma cengkeh asli tanah beta. Entah apa gerangan, mendorong diriku untuk menciptakan tradisi anehku, memandang dan mengamati bangunan indah itu. Mungkin hanya karena sebuah kebetulan tata letak bangunan, yang berhadapan langsung dengan homestay ku selama menempuh study disini,  Tepatnya di daerah arkawet, blok 48 daerah moya tepatnya di negeri lembah hitam, sudan. Mengamati setiap lekuk eksotis bangunan, berlantai 3 dengan pagar memutar yang menenggelamkan keindahan yang lebih indah didalamnya, karena aku yakin keindahan hakiki ada didalamnya. Bukankah sejak lama aku belajar mengenai tanda tanda? Ya, aku percaya tanda, dan aku sedang mempelajari tanda tanda disini.
    Terlintas beberapa saat, bertanya diriku dalam hati akan siapa pemilik rumah itu? Aku bertanya dalam hati, apa hati mampu menjawab? Yang pasti dengan menganggap itu sebuah keindahan rekontruksi, aku sedikit melupakan siapa sang empunya.
    Jelang beberapa waktu saat aku melerai pertanyaan, lewat secara perlahan mobil lean cruiser putih didepan  gerbang besi warna hijau rumah indah itu. Yah, dari dalam mobil keluar sosok pria paruh baya berkulit hitam, berjenggot dan jambang, sosok rupawan berjubah putih lengkap dengan imamah (arab)melilit dikepala, dengan gaya elegant nya  membuka pintu sembari menenteng handbag hitamya. Tak lama berselang, seorang wanita muda cantik, putih, mancung bergaun dan berkrudung hitam yang membuka pintu gerbang besi warna hijau. “Alangkah indahnya wanita itu”, gumamku keras dalam hati, tanpa sadar aku tersentak serat roti yang sedang ku kunyah. kulihat sorot matanya, bibirnya yang ranum dengan sedikit kemerahan di kedua pipinya. Dagunya, ya tuhan, kulihat alis tebalnya menambah indah pemandangan yang kulihat sore itu. Aku memandangnya pekat dan terus menerus, sampai tanpa ku sadari dia mengarahkan bola matanya ke mataku, indahnya. Kami bertukar pandang, dalam durasi pendek, diapun segera mengalihkan pandangan dengan menunduk dan berpaling cepat masuk ke dalam rumah. Bagiku, merasa malu akan menambah nilai kecantikan dan keindahan seorang wanita.” Subhanalloh ya, sesuatu”, bisik benakku dalam hati.
     Malam menjelang, langitpun tampak gelap. Namun pikiran jiwaku tampak terang melihat dan membayangkan keindahan wanita berkrudung hitam tadi, meski hanya dalam durasi pendek.” Jika setiap pemahat bisa memahat dengan indah wanitanya dalam balok kayu, saya kira hanya diriku yang mampu memahat keindahan wanita itu dalam angan nakalku”, lagi lagi aku bergumam. Di negeri ini, hanya beberapa wanita yang masuk draft selera pandang mata sipitku. Maklum saja, aku sedang berada di negeri lembah hitam, tak sedikit ku temukan manusia berkulit hitam. Bukan di negeri beta, yang sesuka hati aku bisa melihat puas wanita berkulit asia. Aku di negeri orang, hidup berdampingan dan ber tata cara kehidupan orang asing. Jika di negeri beta teh hanya sebagai minuman penyaji tambahan, disini teh malah minuman pokok, pengganti kopi bila di nusantara. Sampai aku tiba dalam sebuah pertanyaan, “kenapa kau bisa sampai di negeri orang?”.
    “balik shob, hari udah petang”, kata Zizi temanku menghentikan lamunan nakalku.
    Tanpa berlama, aku pun merapikan kembali dan membawa sampah sampah yang berserakan akibat ulahku tadi.
    Bbrrrrruuuoooooogt”.
    Ku kedengar keras suara tabrakan. Aku mencari darimana arah suara tersebut, kembali ku beranjak ke loteng. Kulihat tepat didepan rumah indah itu, sebuah mobil lean cruiser terserondol dari belakang oleh mobil sedan ford. Aku melihat miris lekukan yang membekas di cat kedua mobil mewah tersebut. “gila, totalan besar besaran nie orang, gila gila”, pikirku sambil sedikit ber ekspresi miris, sedikit memicingkan kedia mata.
    Beberapa saat setelah tabrakan itu, keluar perangai dua wanita paruh baya, satu berpakaian entah apa orang menyebutnya, berpakaian seperti wanita hamil (daster) atau seperti cara berpakaian wwanita india di TV, dengan krudung warna biru yang menempel di kepala wanita lumayan cantik tersebut, berkulit putih dan seperti biasanya, dengan hidung yang tak kalah mancung dengan hidung orang asia sepertiku. Wanita kedua berpakaian yang sama, hanya dia menggunakan krudung berwarna putih tulang, kulihat yang kedua ini sedikit tua jika di banding dengan wanita pertama yang berkrudung biru. “ah, ibu ibu baru belajar megang mobil”, ku katakana lirih sambil ber enyah ria dari tempat persembunyianku, diatas loteng.
    Sayup sayup, ku mendengar suara ramai, “hmm,,,,rame banget ya bang? Emang seperti itu logat orang sini kalau lagi berbicara”, kata Zizi memutus pertanyaan ku.
    Tapi, aku rasakan ada yang berbeda dari percakapan yang entah aku belum bisa memahami maknannya. Dengan bahasa yang belum benar aku kuasai, mengingat kedinian diriku menginjak negeri ini.
    zi, loe denger suara wanita nangis kaga?”, ku tanya Zizi yang sedang tampak asik menonton telenovela GhaJheBho.
    iyya bang, gile,,,coba liat keluar bang”. Ajak Zizi sambil memegang lengan tanganku, menyeretku keluar.
    Ku intip sedikit gerbang besi hijau yang terbuka separuh. Tak pernah terduga apa yang terjadi, dua wanita pengendara sedan ford yang sedang membabi buta mencaci maki dan mencabi cabik rambut indah wanita pembuka gerbang yang kulihat sore tadi. Sambil menangis dan pasrah, wanita muda cantik itu menahan dan meronta ingin lari. Aku tak banyak paham dengan percakapan yang terjadi antara ketiga orang wanita tersebut, yang jelas berupa caci maki.
    “busyet, berdarah bro pipinya”, kataku pada Zizi.
    “Iya bang, kita lihat sajalah bang. Jangan ikut campur, nanti jadi berabe urusanya, lagian abangkan orang baru”, balas Zizi dengan muka sedikit takut. “justru loe yang udah lama disini, lerai donk, dirimu kan lumayan menguasai bahasa Darrijiy (bahasa arab umum)”. Gertak ku ke Zizi.
    “sumpah Zi, gue kagak tega, samperin aja yuk”, ajak ku ke Zizi. Yang kulihat sekarang, bukan lagi pemandangan indah dan nyaman yang layak kulihat dari keindahan pemandangan rumah luar ini. Ada dendam dan amarah yang sedang berkecamuk di dalam dada dia wanita lebih tua dari wanita muda yang sedang kami bopong ini. Wanita cantik itu, sekarang sedang dalam pembaringan kamarku. Ingin sekali ku menangis melihat keindahan yang terkotori, melihat kecantikan yang tercabik yang entah dengan alas an apa aku harus menangis. Zizi terus mengompres pipi memar wanita itu dengan air hangat, kulihat ada bekas aliran darah yang mongering di sekitar telinga. “alangkah malang nasib wanita bermata indah ini ya tuhan”.
     Pukul 20.14 PM, bola mata indah wanita itu berbinar membuka kelopaknya dengan perlahan, disusul dengan gerak kecil tangan dengan jari lentiknya.
    “Wein ?(dimana)”, dia bertanya keheranan. Berusaha mengangkat tubuhnya yang masih lemah.
    “sakien, enti fi amanina (tenang, kamu dalam perlindungan kami)”, Zizi meyakinkan wanita itu untuk tenang dan meminumkan teh hangat.
    Wanita bermata indah itu bernama Tafuziy, dia wanita asal turki. Termasuk orang baru juga disini, setelah ia dipindahkan ke sini dan dijadikan istri ke-3 tuan Ja’far. Seorang big bos perusahaan telekomunikasi ternama di sudan. Ia menjadikan Tafuziy istri ke 3 setelah ber istri 2 yang juga sama sama wanita turki dan member dia 7 anak. Namun dengan begitu, wanita itu bercerita bahwa ia di peristri secara illegal, tanpa persetujuan istri pertama dan kedua tuan Ja’far. Itulah yang mungkin membuat marah dan membabi butanya kedua istri tua tuan Ja’far. Dengan nada serak dan sedikit lirih dia berkata. “adunya ghururun (Dunia hanya Tipuan)”.

    0 komentar:

    Post a Comment

     photo Joel2_zps6bff29b6.jpg