SELAMAT DATANG

Pidato Ala Kadarnya

Posted on
  • Mar 26, 2013
  • by
  • Muhamad Tajul Mafachir
  • in
  • Label:


  • Pidato Ala Kadarnya
    untuk Gebyar elNilein dan Malam Apresiasi Seni 2013

    Yang saya hormati Bapak Dubes RI untuk Sudan dan Eritrea, DR.Sujatmiko berserta staffnya, para hadirin baik dari pelajar, mahasiswa dan pekerja, khususnya Ketua PPMI Sudan, segenap pengurus departemen Pendidikan PPMI Sudan, serta rekan rekan saya di kepanitiaan dan lembaga Elnilein.

    Disini saya tidak akan panjang lebar. karena saya hanya kebagian berdiri sebagai wakil dari panitia. Ingin menyampaikan beberapa hal yang tidak panjang, namun toh jika dianggap panjang, maka dianggap saja sekalian penampilan dari saya. 

    Pertama tama saya ucapkan selamat datang di acara kita semua, malam gebyar elnilein dan apresiasi seni dan budaya.
    Dengan tema “mewujudkan kemandirian bangsa melalui apresiasi seni dan budaya”

    Saudara saudara, setanah air.
    TjiptoMangunkusuma dan Douwes Deker mengetakan bahwa kebudayaan nasional kita tidaklah ditentukan oleh asal usul yang menyertai kelahiran budaya tersebut, namun kebudayaan nasional ditentukan oleh komitmen kita terhadap nasionalism. Oleh sebab itu, Budaya sepenuhnya milik manusia. Bukan Instansi, bukan lembaga, bukan negara -hanya mungkin yang perlu dilembagakan adalah manusia dan kepentingannya. Tentunya itu pengertian budaya dalam arti yang sebenarnya, bukan dalam kapasitas yang lebih dari itu –seperti legitimasi budaya dengan tujuan komersial. Maka bangsa lah yang harus pertama tama mengecam. 

    Budaya lahir dari proses yang lama. Budaya tidak dapat dibahasakan dengan satu dua kata. kalau mungkin Sutan Takdir Alisjahbana mengatakan bahwa budaya lahir dari sebuah terma, budi dan daya. maka saya lebih cenderung dengan pendapat Goenawan Mohamad, bahwa pendefinisian Budaya justru membuat alasan definisi sendiri tentang budaya itu menjadi terbatas. Karena budaya sebenarnya itu dilahirkan dari ruang waktu dan sejarah. Jadi bukanya "saya berfikir maka saya ada", tetapi "saya ada maka saya berfikir". Sebab terkadang budi itu datang sendirinya :tanpa reason. Datang dari ruang waktu dan sejarah.

    Hubungan antara kebudayaan dan kesenian itu erat sekali. kalau kita melihat berbagai literatur pembicaraan mengenai seni dan kesenian. Mungkin akan sama dengan saya pada salah satu kesimpulan bahwa, Seni adalah perasaan indah seseorang melalui media kata, suara / nada, gerak maupun rupa yang mampu menarik empati bagi penikmatnya.yang ingin saya sampaikan. dengan menjadikan seni sebagai media, ia menyampaikan pesan yang belum sempat kita pahami dari budaya: sebagai peninggalan yang penuh pesan luhur dan ideologis dari pendahulu kita.  


    Ada kata-kata Mark Twain yang terkenal, "When we remember we are all mad, the mysteries disappear and life stands explained." (Tatkala kita ingat bahwa kita gila, misteri dengan sendirinya menghilang dan kehidupan menjelaskan). 

    kembali menegaskan kepada kita pentingnya penghayatan kita terhadap sesuatu -tidak terkecuali seni. karena bahasa seni adalah penghayatan segala arah. tentunya kita tahu aturan lama untuk menikmati sebuah karya seni adalah membuang jauh-jauh selera seni sendiri dan mulailah menikmati. karenanya akan ruwet, rancu, meski terkadang saya terheran heran sendiri, ketika seorang ideolog mulai berbicara tentang kesenian. karena Seorang ideolog  menilai sebuah karya seni  kurang-lebih sama dengan seorang fuquha yang menilai karya seni:  yang hendak ditemukan adalah apakah karya ini cocok dengan dalil atau tidak, murtad atau tidak, mengandung unsur kafir atau murni beriman. Meski selanjutnya dalam aturan berikutnya ada pakem pakem konvensional dalam kesenian itu sendiri.

    kembali ke kata kata Mark Twain. tatkala diri kita mulai tersadarkan -yang salah satunya dengan penghayatan kesenian, Secara berangsur manusia akan kembali menjadi manusia, yang menyadari sepenuhnya bukan dia siapa siapa. Bahkan rela menganggap dirinya sendiri gila -tergila gila dalam banyak hal yang bukan tujuan diciptakannya manusia, yaitu dunia. Maka disanalah, Asraar Ilahiyah (rahasia ketuhanan), atau God Mysteries dibuka sebagai pintu lain dari anugrah yang diberikan allah kepada hambanya. Syahdan, kehidupan baginya akan seperti air dengan falsafi positifnya, mengalir dengan tentramnya dari hulu ke hilir. -dapat dipastikan dari situlah sebuah kemandirian mungkin bisa kita mulai bangun. Individu yang bukan hanya sadar diri, namun juga berakal budi.


    Para Hadirin yang saya cintai.

    sebelum terakhir, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya acara ini -KBRI, PPMI, Pertamina dan sebagainya, terkhusus untuk Bapak Dubes kita Sujatmiko, Pak Safri, Pak Edin, Pak Eri, Pak Priyambada, orang orang yang senantiasa mendorong kami untuk terus berkarya. dan secara umum  kepada seluruh warga Indonesia baik yang hadir. Terimakasih atas pastisipasinya.

    saya sendiri menyadari, bahwa disana sini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. maka saya mewakili panitia meminta maaf atas kekurangan dan insyallah akan kami benahi. juga jika bahasa saya kurang bisa dipahami dan kurang teratur. mungkin ada benarnya, jika saya kurang menguasai geometri. seperti kata goenawan 
    Mohamad, bahwa ilmu geometri bukan untuk menjadi insinyur, namun untuk berfikir secara logis dan teratur.



    Akhir kata, saya sampaikan terimakasih dan mohon maaf bila ada kesalahan


     Khartoum, 22 Maret 2013
     Joel

    0 komentar:

    Post a Comment

     photo Joel2_zps6bff29b6.jpg