SELAMAT DATANG

SAJAK SEBELUM SENJA

Posted on
  • Jul 12, 2012
  • by
  • Muhamad Tajul Mafachir
  • in
  • Label:
  • Muhammad Tajul Mafachir

    Masih saja kita, Enggan bertanya siapa mengenai apa
    Atau tentang bagaimana dan dimana
    Ketika kutemu diri muram, lapuk larut dalam kecubung kerinduan sebelum datang senja

    Dan kutemukan dari arah langit timur, kerumunan seperti sejenis burung burung hitam
    Yang Nampak hijrah sebab silih bergantinya musim
    Disela sela suara keramaian muda mudi menyambut malam,
    Menghilir mudik kerumah perasingan menuju kelam.
    Kudengar suara tuhan diperdengarkan
    Keluar nyaring dari arah mercusuar tinggi dari barat
    Ku sapu pandang, kutemukan sumber suara itu penuh sarat
    Hingga saat kudengar, kuberi ia sedikit jeda dalam dalam
    Bersama makna yang masuk ke dalam lorong lorong pertokoan, perumahan dan segenap pemukiman
    Hingga ia merubahnya menjadi makna makna, yang kemudian tersapu kegelapan, kegelapan.
    Ya, makna makna yang tersapu kepentingan.
    Seperti kata Sitok Srengenge: ‘Ada banyak Nisan Kesepian’

    Ah,
    Ternyata aku ini, asap ternyata
    Ternyata aku ini, kering ternyata
    Ternyata aku ini, keriput ternyata
    Dan
    Ternyata aku ini, Galau ternyata

    Oleh kerna aku ini asap, ingin sesekali kau jauhkan aku dari pengap
    Oleh kerna aku ini kering, ingin sekali saja kau tuangkan sedikit air bening
    Oleh kerna aku ini keriput, berharap kau oles mukaku dengan obat pengawet pesona
    Dan oleh kerna aku ini Galau, maka jauhkanlah aku dari risau.

    Masih saja kira, kita enggan bertanya kepada hati yang sunyi
    Atau bahkan, kita lupa arah datang dan kapan sunyi bisa kita temui

    Disini,
    Didalam hati dan jiwa yang teramat tuli
    Aku mengasingkan diri disebelah senja berpamit diri
    Berharap melepas hati dari kasak kusuk dunia kuharap

    Tapi, apanya yang berharap melepas hati dari kasak kusuk duniawi
    Diseberang sana masih saja mata kepalaku menyaksikan
    Hamudi hamudi berkelahi berebut air comberan
    Oleh mataku, aku menyaksikan ibu muda membunuh bayi yang baru dilahirkanya,
    Lalu Menghanyutkanya kedalam selokan
    Oleh mataku, aku menyaksikan para tukang gadai iman
    Berjalan menyusur jalan merampok, merampas, membunuh atas nama kebenaran
    Oleh mataku, aku menyaksikan Oleh mataku, aku menyaksikan banyak ibu tua menanak nasi hanya dalam mimpi
    Oleh mataku, aku menyaksikan dipinggir jalan seorang anak muda menampar pipi ibunya karena berebut sepotong roti yang hampir kering
    Oleh mataku, aku menyaksikan seorang perawan menjual kelamin kepada tukang gadai tanah dan rumah
    Oleh mataku, aku menyaksikan seorang supir bajai berkata dusta dan sumpah ditengah terik mentari yang menyerapah
    Oleh mataku, Aku menyaksikan peraaaaaaaaaaaang saudara selalu tak henti tuk terhelakan.
    Oleh mataku, aku menyaksikan segolongan menyerang, mengintai, mencaci, menyumpah, dan merapal mantra untuk kegelapan segolongan yang lain
    Oleh mataku, itulah yang aku saksikan dalam bulan bulan dekat ini,
    Di bulan sebelum senja berpamit diri.
     Entah apa yang kau rasakan.

    Aku tak tahu,
    Juga tak mau tahu.
    Sebab, yang aku tahu dari hari ke hari makin jauh kita mendaki
    Semakin jauh jarak hari dan hati

    Aku tak tahu,
    Juga tak mahu tahu kemana arah hati menemu diri.
    Kemana hendak diri menjumpa hati
    Atau bahkan, sekedar harap tuhan bersimpati.

    Hingga,
    Dibawah gelap luang kamarmu aku melolong
    Bercumbu diantara sepi dan bimbang
    Serta rasa was was yang menyimpang
    Aku berharap, sejak kutulis dan kubaca sajak ini
    Aku selalu tergerak, dan bergerak dalam gerakan gerakan pengabdian
    Aku berharap, Sejak detik ku tulis dan ku baca sajak ini
    Kita selalu mawas dan menemu diri
    Menyemai setiap kerlip kerling kenangan tentang keharibaan
    Menyusur tiap rongga romansa atas nama cinta, kemesraan dan kebersamaan

    Ya tuhan,
    Disini, Aku menyeka diri
    Menghantar diri menuju kelana malamMu
    Berserah diri atas diri
    Mengakui keakuanMU
    Kulayangkan sekilas doa untuk tuan dari segala tuan yang begini bunyinya;


    Oh, tuhan….
    Jika memang aku comberan, tolong biar orang orang itu basuhkan tangan
    Oh, tuhan….
    Jika memang aku keset, biarlah mereka meninjak tengkuku yang rukuk membungkuk berharap kamu masyuk dalam khusyuk.
    Oh tuhan….
    Jika memang aku cuaca, jangan buat mereka salah membaca
    Oh tuhan….
    Jika memang aku Kaca, Buatlah mereka seolah riang didepan mata
    Oh tuhan…
    Jika memang aku ini Kirik, aku berharap selalu mereka dalam keadaan baik baik
    Oh tuhan…
    Jika memang aku ini manusia, jangan kau cabut kemanusiaanku sampai di stasiun kota itu

    Oh tuhan,
    Aku mewakili para penggemarmu disini, ingin berkoalisi, bermunajat mengharap kebaikan atas bulan ini. Dimana kau haramkan kehalalan yang selama ini kami lalaikan untuk kami syukuri.
    Dibulan ini, aku mewakili para pecintamu selaku hamba yang berharap masih senantiasa kau kasihi. Izinkan kami melewati bulan ini, tanpa noda dan hapuslah dosa di hati.
    Disini !

    0 komentar:

    Post a Comment

     photo Joel2_zps6bff29b6.jpg