SELAMAT DATANG

'Aktualisasi Jawaban dari sebuah Pertanyaan'

Posted on
  • Dec 5, 2011
  • by
  • Muhamad Tajul Mafachir
  • in
  • Label:

  • Suatu hari, pada sekitar bulan Juli 1965, Bung Karno berdialog dengan Kadirun Yahya, anggota dewan kurator seksi ilmiah Universitas Sumatra Utara (USU).--Kadirun Yahya juga dikenal sebagai spiritualist muslim, mursyid Thoriqoh Naqsyabandiyah Khalidiyah. 

    Bung Karno (BK): Saya bertanya-tanya pada semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu, tapi semua jawaban tidak ada yang memuaskan saya, en jij bent ulama, tegelijk intellectueel van de exacta en metaphysica-man. 

    Kadirun Yahya (KY): Apa soalnya Bapak Presiden? 

    BK: Saya bertanya lebih dahulu tentang hal lain, sebelum saya memajukan pertanyaan yang sebenarnya. Manakah yang lebih tinggi, presidentschap atau generaalschap atau professorschap dibandingkan dengan surga-schap? 
    KY: Surga-schap. Untuk menjadi presiden, atau profesor harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan mengabdi pada nusa dan bangsa, atau ilmu pengetahuan, sedangkan untuk mendapatkan surga harus berkorban untuk Allah segala-galanya berpuluh-puluh tahun, bahkan menurut Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup baru dapat masuk nirwana. 

    BK: Accord, Nu heb ik je te pakken Proffesor (sekarang baru dapat kutangkap Engkau, Profesor.) Sebelum saya ajukan pertanyaan pokok, saya cerita sedikit: Saya telah banyak melihat teman-teman saya matinya jelek karena banyak dosanya, saya pun banyak dosanya dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Quran dan hadist. Bagaimana caranya supaya dengan mudah menghapus dosa saya dan dapat ampunan dan mati senyum; dan saya ketemu satu hadist yang bagi saya sangat berharga. 

    Bunyinya kira-kira begini: Seorang wanita pelacur penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu dengan seekor anjing yang kehausan. Wanita tadi mengambil segayung air dan memberi anjing yang kehausan itu minum. Rasulullah lewat dan berkata, “Hai para sahabatku, lihatlah, dengan memberi minum anjing itu, terhapus dosa wanita itu di dunia dan akhirat dan ia ahli surga!!!" Profesor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapatkan surga harus berkorban segala-galanya, berpuluh tahun itu pun barangkali. Sekarang seorang wanita yang banyak berdosa hanya dengan sedikit saja jasa, itu pun pada seekor anjing, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli surga. How do you explain it Professor? Waar zit‘t geheim? 

    Kadirun Yahya hening sejenak lalu berdiri meminta kertas. 

    KY: Presiden, U zei, dat U in 10 jaren’t antwoor neit hebt kunnen vinden, laten we zein (Presiden, tadi Bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, mari kita lihat), mudah-mudahan dengan bantuan Allah dalam dua menit, saya dapat memberikan jawaban yang memuaskan. 

    Bung karno adalah seorang insinyur dan Kadirun Yahya adalah ahli kimia/fisika, jadi bahasa mereka sama: eksakta. 

    KY menulis dikertas:10/10 = 1. 

    BK menjawab: Ya. 

    KY: 10/100 = 1/10. 

    BK: Ya. 

    KY: 10/1000 = 1/100. 

    BK: Ya. 

    KY: 10/bilangan tak berhingga = 0. 

    BK: Ya. 

    KY: 1000000/ bilangan tak berhingga = 0. 

    BK: Ya. 

    KY: Berapa saja ditambah apa saja dibagi sesuatu tak berhingga sama dengan 0. 

    BK: Ya. 

    KY: Dosa dibagi sesuatu tak berhingga sama dengan 0. 

    BK: Ya. 

    KY: Nah…, 1 x bilangan tak berhingga = bilangan tak berhingga. 1/2 x bilangan tak berhingga = bilangan tak berhingga. 1 zarah x bilangan tak berhingga = tak berhingga. Perlu di ingat bahwa Allah adalah Maha tak berhingga. Sehingga, sang wanita walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekali pun, mengkaitkan, menggandengkan gerakkannya dengan Yang Maha akbar, mengikut sertakan Yang Maha besar dalam gerakkannya, maka hasil dari gerakkannya itu menghasikan ibadat paling besar, yang langsung dihadapkan pada dosanya yang banyak, maka pada saat itu pula dosanya hancur berkeping keping. Hal ini dijelaskan sebagai berikut: (1 zarah x tak berhingga)/dosa = tak berhingga. 

    BK diam sejenak lalu bertanya: Bagaimana ia dapat hubungan dengan Sang Tuhan? 

    KY: Dengan mendapatkan frekuensinya. Tanpa mendapatkan frekuensinya tidak mungkin ada kontak dengan Tuhan. Lihat saja, walaupun 1mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio kita dengan frekuensi yang tidak sama, radio kita tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut. Begitu juga, walaupun Tuhan dikabarkan berada lebih dekat dari kedua urat leher kita, tidak mungkin kontak jika frekuensinya tidak sama. 

    BK berdiri dan berucap: Professor, you are marvelous, you are wonderful, enourmous. Kemudian saya merangkul KY dan berkata: Profesor, doakan saya supaya saya dapat mati dengan senyum di belakang hari. 

    Beberapa tahun kemudian, Bung karno meninggal dunia. Resensi-resensi harian-harian dan majalah-majalah ibukota yang meng cover kepergian beliau, selalu memberitakan bahwa beliau dalam keadaan senyum ketika menutup mata untuk selama-lamanya. Termasuk beberapa tulisan yang sempat saya baca (pen) pada sebuah majalah tentang kesaktian Soekarno, beliau mati dalam keadaan tersenyum. Kecuali saat Soeharto yang datang melawatnya bersama bu Tien. Menurut seorang saksi, ketika peti di buka untuk penghormatan terakhir  oleh presiden, mata Soekarno merah padam. 


    NOTE : catatan ini jangan dijadikan alasan untuk tetap tenggelam dalam lautan dosa dengan alasan ampunan Tuhan tak berhingga...sebab sengaja tenggelam dalam dosa padahal dia tahu Tuhan tidak meridloinya, berarti tidak berada pada "frekuensi" Tuhan...dalam bahasa Jawa "njarag" 

    BK, setelah kejadian itu, tampak sekali "nothing to loose", meski di-"kudeta" dalam peristiwa G30S & Supersemar, serta diperlakukan tidak selayaknya mantan Presiden, tidak pernah beliau marah dan mengeluh. 

    Ini yang saya harapkan dari sebuah aktualisasi. Tentang pemahaman yang konkrit mengenai pertanyaan dengan jawaban yang sederhana dan diterima. Islam agama yang mudah, bagi mereka yang mengerti dan memahami. 

    Selamat ber aktualisasi di kemudian hari, Kawan!!!

    Wallahu a'lam. 



    0 komentar:

    Post a Comment

     photo Joel2_zps6bff29b6.jpg